11. Cara mengajarkan keimanan
Agama Islam
tersebar pada masa Nabi SAW, luas sekali berduyun duyun memasuki agama islam
sehingga meliputi selurruh jazirah Arab.
Di antara sebab- sebabnya adalah karena agama islam mudah, tidak sempit
dan mempelajarinya tidak sulit, tidak memakai waktu yang lama, bahkan tiddak
menghalangi urusan dunia dan tidak menghambat mencari rezeki. Apalagi sistem
yang di pakai Nabi untuk mengajarkan agama udah sekali, yaitu cara bersoal
jawab, cara bertanya dan jawab. Sebagai contoh di bawah ini di terng soal jawab
.
Pada suatu hari Nabi SAW, duduk besama-sama sahabatnya, lalu datang
seorang laki-laki berpkaian serrba putih dan berambut hitam. Kemudian laki-laki
itu duduk di hadapan Nabi SAW lalu bertanya : “ Ya Muhammad terangkanlah
kepadakku, apakah Islam itu ?
- Nabi : “ Islam itu
Ialah engkau akui, bahwa tidak ada tuhan, melainkan Allah dan Bahwa Muhammad
Rasul Allah. Engkau dirikan sembahyang, engkau banyarkan zakat, engkau berpuasa
dalam bulan Ramadhan. kau pergi haji jika engkau kuasa berjalan ke sana.”
- Laki-laki : “ Benar engkau ya Muhammad.
Kabarkanlah
kepada ku apakah Iman itu ?
-Nabi :
” Iman adalah Engkau percaya kepada Allah, Malikat nya, Kitab-kitabnya,
Rasul-rasulnya dan hari yang kemudian, sert percaya kepada taqdir baik dan
buruk. “
-Laki-laki : Benar engkau ya Muhammad.
Kabarkanlah kepadaku apakah Ihsan itu
?
-Nabi :
Ihsan Ialah Bahwa engkau sembah Allah,seolah olah engkau melihat dia, Klau
engkau tidak melihat dia, dia melihat engkau “ dan seterusnya.
Kemudia
laki-laki itu pergi.
Bertanya
Nabi SAW, : “ Taukah kalian siapa
yang bertanya itu ?
Jawab
sahabat : “ tidak tahu
?”
Berkata
Nabi SAW : “ yang bertanya itu ialah
Jibril, Ia datang untuk mengajarkan agama kepada mu. “
Nabi memasukan
keimanan ke dalam jiwa sahabat-sahabatnya dengan cara bertabligh dan berpidato
baik dengan membaca ayat-ayat al-quran itu berisi petunjuk dan pengajaran yang memperkuat dan
mempertebal perasaan keimannan.
$yJ¯RÎ) cqãZÏB÷sßJø9$# tûïÏ%©!$# #sÎ) tÏ.è ª!$# ôMn=Å_ur öNåkæ5qè=è% #sÎ)ur ôMuÎ=è? öNÍkön=tã ¼çmçG»t#uä öNåkøEy#y $YZ»yJÎ) 4n?tãur óOÎgÎn/u tbqè=©.uqtGt ÇËÈ
Firman allah,
artinya : sesungguh nya orang-orang muslimin itu ialah bila di sebut nama Allah
gemetar hatinya dan apabila di bacakan ayayt-ayat allah kepadanya bertambah
keimanannya, sedang mereka bertawakal kepada tuhannya
(al-anfal2)
Apalagi dalam
al-qur’an itu di anjurkan supaya manusia memperhatikankejadian langit dan
bumi.berganti malam dan siang . kejadian tumbuh-tubuhan dan hewan , kejadian
manusia dan semesta alam , semuanya menjadi bukti dan dalil atas adanya allah
dan maha esa dan maha kuasa.
22. Cara
mengajarkan ibadat.
Nabi mengajarkan sembahyang dan haji adalah dengan cara memberi
contoh dan memberi teladan . berkata nabi s.a.w: “sembahyanglah kamu sebagai mana kamu melihatku mengerjakan
sembahyang itu .”dan lagi katanya
“ambillah dari pada ku cara
mengerjakan ibadat haji mu.”
Oleh sebab itu
sahabat-sahabat nabi mengajarkan sembahyang dan haji itu ialah dengan melihat dan mencontoh
perbuatan nabi, bukan dengan mempelajari rukun, sunat dan sebagainya. Selain
itu ada juga Nabi mengajarkan ibadah dengan memberi keterangan, bila ada orang
yang salah sembahyang.
Pada suatu hari Nabi dalam mesjid, tiba – tiba masuk seorang
laki-laki, masuk lalu bersembahyang. Kemudian ia datang menghadap nabi, seraya
memberi salam. Setelah nabi nabi
menjawab salamnya, lalu ia berkata : “ kembalilah dan sembahyanglah sekali
lagi, karena engkau belum sembahyang. “
Kemudian laki-laki itu bersembahyangkembali. Stelah selesai, ia
datang kepada nabi, seraya memberi salam. Nabi berkta : “ Kembalilah kemudian
bersembahyang kembali Karena engkau belum sembahyang,.” (Hal itusampai tiga
kali.)
Kemudia berkatalah laki-laki itu : ” Demi Allah, saya tida pandai
mengerjakan sembahyang selain dari pada itu, sebab itu ajarkanlah kepa ku. “ Berkata
Nabi saw. Apabila kamu berdiri hendak mengerjakan sembahyang, hendak, mengerjakan
sembahyang, hendaklah takbir, kemudian bacalah apa yang mudah bagi kamu
di antara Al-Qur’an, sesudh itu rukuklah, sehaingga tenang (thumaninah) dalam
rukuk itu, kemudian bangkitlah, sehingga tegak lurus, kemudian sujudlah,
sehingga tenang dalam sujud itu, kemudian bangkitlahsehingga tenang dalam
duduk, kemudian sujudlah kembali dan seterusnya “ ( Bukhari Muslim )
Dengan keterangan itu dapat di ambil kesimpulan bahwa belajar
sembahyang pada masa Nabi mudah sekali,
yaitu dengan mencontoh perbuatan nabi serta menurut keterangan Nabi SWA.
33.
Cara mengajarkan akhlak
Cara nabi
menngajarkan akhlak ialah dengan membacakan ayat-ayat Al-Qur’an yang berisi
kisah-kisah umat terdahulu supaya dapat di ambil pelajaran dari kisah kisah
itu. Orang yang taat dan patuh mengikut rasul Allah, mendapat bahagia dan orang
– orang yang durhaka mendapat siksa.
selain itu
Akhlak di ajarkan oleh nabi dengan Sabda-sabda beliau sendiri, perti katanya. :
“ Orang Islam
ialah orang yang selamat dari lidah dan tangannya”
Tanda Orang
munafik ada tiga :
“Apabila
berbicara dia berdusta, Apabila dia berjanji ia memungkiri dan Apabila di
percayai dia berkhianat.”
Tetapi
pendidikan Ahklak pendidikan Akhlak yang sangat berpengaruh kepada
sahabat-sahabatnya ialah Akhlak Nabi sendiri yang meluhur dan tinggi, Menjadi
contoh dan teladan bagi sahabat-sahabatny. Akhlak Nabi sangat tinggi, sehingga
ddi puji Allah, karena tinggi akhlaknya. Nabi membentuk akhlak Sahabat-
sahabatnya bukan saja dengan perkataan
tetapi juga dengan Amal perbuatan. Untuk mempesatukan umat islam, Nabi
mempersaudrakan orang-oarang muhajirin dengan orang-orang Anshar. Untuk
persamaan hak dan kewajiban Nabi menngangkat bilal, Bangsa Habaysah menjadi
muazin, meskipun orang berkulit hitam dan bukan bangsa arab. Untuk penasehat
perang, Nabi mengangkat Salman Al-Farisy, seseorang bangsa persia bukan bangsa
Arab.
Pendidikan
Akhlak di berikan oleh Nabi dengan perkataan dan perbuatan, serta memberi
contoh suritauladan yang baik.
Oleh sebab itu
Nabi dapat mengubah Akhlak bangsa Arab
dari umt yang berpecah belah menjadi umat yang berpecah belah menjdi umat yang
bersatu padu, dari bermusuh musuhan menjadi berkasih sayang, dari bersuku-suku
bangsa menjadi satu umat
.
ULAMA-ULAMA SAHABAT YANG MENJADI GURU
Di antara
sahabat Nabi yang menerima pengajaran dari Nabi ada yang menjadi guru. Merka memberikan pegajaran
agama kepada kaum muslimin, di antara Mereka yang sangat termahyur : Umar bin Khattab, Ali bin Abu Talib, Ibnu
Mas’ud Ibnu Umar, Ibn ‘Abas, Zaid bin Sabit, ‘Aisyah, Mu’az bin Jabal, Abud
Darda, Abdullah bin Salam, Salaman Al- Farisy. Mereka itu adalah masuk derajat
yang pertama Dalam Ilmu Pengetahuan. Selain itu ada 20 orang orang Guru dari
derajat yang kedua dan kira-kira 120 dari derajat yang ke tiga.
Ulama-ulama itu
belumlah ada takhasus dalam satu macam ilmu Agama. Meskipun begitu mereka ada
juga yang mempunyai kelebihan khusus bagi mereka masing-masing. Misalanya
kelebihan Umar adalah ahli Hukum dan ahli Memerintah, sebagai Khallifah yang sangat
adil, ia tidak banyak mentafsirkan Al-Qur’an dan tidak banyak meriwyatkan
hadis-hadis.
Tetapi anaknya,
Abdullah bin Umar (Ibnu Umar ) berlainan sekali dengan Ayahnya. Ia banyak
mengumpulkan hadist-hadist, tetapi ia tidak ahli hukum, seperti ayahnya.
Kelebihan Ilmiyh Ibnu Umar adalah mengumpulkan Hadist-hadist, sert teliti
sekali meriwayatknnya. Ia tidak banyak mengistinbatkan hukum dan tidak banyak
berfatwa.
Ibnu Abas
sangat banyak keahliannya, tetapi ia sangat termahsyur tentang tafsir Al-Qur’an
dan Ilmu Faraid. Hampir seluruh umurnya di pergunakannya untuk belajar dan
mengajar. Ia tidak pernah menjadi pegawai negeri, hanya sebentar saja pada masa
Ali jadi khalifah, ia di angkat menjadi gubernur di Basrah.
Ali sebagai
khalifah termahsur sebagai ahli hukum. Ia di angkat oleh rasulullah ahkan ia
Guru Ibnu Abbas dalam Ilmu Tafsir itu.
Ibnu Mas’ud
ahli Al-Qur’an dan Sunnah.
Salman halli Ilmu-ilmu dahulu dan da ilu-ilmu
yang akhir. Ia mengetahui macam-macam Agama : Agama Majusi, Agama Nasrani,
Agama Yahudi dan Agama Islam.
Abdullah bin
Salam ahli dalam ilmu dan kebudayaan Yahudi, ia mengetahui isi kitab Taurat.
Sebab itu banyak Tafsir Al-Qur’an berasal dari Abdullah bin salam yang di
pindahkannya dari kitab Taurat.
Zait bin Sabit
termahsur sebagai salah seoarang penyusun mushaf dan ahli dalam Ilmu Fiqhi (
mengetahui Halal dan Haram).
Ulama- ulama
itu di utus Nabi ke daerah-daerah negar Islam untuk mengajarkan agama kepada
kaum Muslimin, sepeerti Yaman, Bahrain dan seluruh kota kota di jazirah Arab.
Kemudian mereka
itu mengadakan gerakan Ilmiyah di tiap-tiap kota itu, serta mendirikan Madrasah
–madrasah.
Akhirnya
lahirah Ulama-ulama Tabi’in, Murid-murid sahabat yang bekerja mengajarkan
ilmu-ilmu agama kepada kaum Muslimin.
PENIDIKAN PADA
MASA KHALIFAH-KHALIFAH RASYIDIN DAN BANI UMAIYAH
PUSAT
PENDIDIKAN
Pada masa Nabi
saw negara Islam meliputi seluruh jazirah Arab. Pendidikan berpusat di kota
Madinah.
Pada masa
Khalifah-khalifah Rasyidin dan Bani Umayah negara bertambah luas dengan pesatnya.
Pada tahun 17
H. Negara Islam telah sampai ke Syam dan Irak, Pada Tahun 21 H.telah sampai ke
Persia. Pada tahun 56 H, Telah sampai ke Samarkan. Ke sebelah barat telah
sampai ke Mesir Tahun 20 H, kemudian terus meluas ke Marokko Telah sampai ke spanyol.
Perluasan negara
Islam itu bbukanlah perluasan dengan merobohkan dan menghancurkan, bahkan
perluasan dengan teratur, di ikuti oleh ulama dan guru-guru agama yang turut
bersama-sama tentara Islam.
Dengan demikian
agama agama islam yang luas itu, di peluk oleh penduduk dengan segala suka
hati, bukan dengan paksa atau kekerasan.
Pusat
Pendidikan, bukan di madinah saja, bahkan telah tersebar pula ke kota- kota
beesar sebagai berikut :
1.
Madrasah Makkah
Guru pertama
yang mengajar di makkah, sesudah penduduk Makkah takluk, ialah Mu’az bin Jabal.
Ialah yang mengajarkan Al-Qur’an an mana
yang halal dan mana yang haram dalam Islam.
Pada Masa
Khlalifah Abdul Malik bin Marwan Abdullah bin Abbaslah Pembangun Madrasah
Makkah, yang termahsyur Seluruh Negara Islam.
Kemudian di
gantikan oleh Murid-muridnya Tabi’in, yaitu :
1.
Muhajid
bin Jabar.
2.
‘Athak bin Abu Rabah
3.
Thawus
bin Kaisan.
Mujahid termahsyur dalam meriwayatkan tafsir Al-Qur’an dari Ibnu
Abbas. ‘Athak termahsyur dalam Ilmu Fiqhi terutama dalam Manasik Haji. Thawus
salah salah seorang fukaha dan mufti. Madrsah Makkah itu terus hidup dan
termahsyur. Ketiga guru Tabi’in tersebut itu di ganti oleh Sufyan bin Uyainah,
dn muslim bin Khalid Az-Zanji. Keduanya adalah guru Imam ,yafi,i yang pertama.
Kemudian dalam berumur 20 tahun ia pergi ke Madinah berguru kepada Imam Malik.
2.
Madrasah Madinah
Madrasah
Madinanah lebih termahsyur dan lebih dalam ilmunya, karena di sanalah tempat
khalifah ; Abu bakar, Umar dan Usman, di
sana banyak sahabat- sahabat Nabi s.aw. Ulama yang termahsyur di Madinah :
1.
Umar
bin Khattab
2.
Ali
bin Abu Talib
3.
Zaid
bin Tsabit
4.
Abdullah
bin Umar bin Khattab
Yang melulu bekerja menjadi guru dan mengajarkan agama Islam Ialah
Zaid bin Tsabit dan Abdullah bin Umar. Zaid bin Tsabit adalah Ahli qiraat dan
ahli fiqih Terutama dalam Faraid.
Abdullah bin Umar adalah ahli Hadits. Ia mengumpulkan hadis-hadis
serta menuliskannya, kemudian meriwayatkan hadis-hadis kepada murid-murid.
nya. Ia tidak mau berfatwa menurut pendapatnya hanya melali
termaktub dalam hadis-hadis itu
Setelah ualma-ulama Sahabat itu wafat, lalu di gantikan oleh muridnya
Tabi’in yaitu :
1.
Said
bin Al- Mmusaiysb, Murid Zid bin Stabit
2.
,Urwah
bin Az-Zubzir bin Al-Awam.
Sesudah tingkat tabi,in itu di gantikan oleh Ibnu Syihab Az-Zuhri
Al-Quraisy, Ahli Fiqih dan Hadis. Ia yang mula-mula Ilmu Agama Islam. Akhirnya
Madrasah itu Melahirkan Imam Malik Bin Anas, Imam Madinah.
3.
Madrsah Barsah
Ulama Sahabat
yang termahsyur di Barsah ialah Abu Musa AL-asy’ari dan Anas bin Malik. Abu
Musa Al-Asy’ari adalah Aahli fiqih dan hadis serta ahli Al-Qur’an sedangkan
Anas bin Malik lebih termahsyur dalam Ilmu hadis.
Kemudian
Madrsah Basrah itu Melahirkan Al-Hasan Basrydan Ibnu Sirin pada Masa Umayah
Al-Hasan Bary adalah Ulama besar, berbudi tinggi, salaeh serta fasih lidahnya.
Ia sangat berani mengeluarkan pendapatnya ketika di tanyakan kepadanya tentang
Yazid bin Muawiyah menjdi khlifah, dengan tegs ia menjawab : Tidak betul “
Sedangkan Inu Sirin dan Ulama lain tidak berani Mengeluarkan pendapatnya.
Begitu juga
ketika di tanya tentang fitnah peperangan saudara antar golongan. Dengan tegas
ia menjawab : Tak Usah masuk ke salah satu golongan itu. Walaupun ke
golongan Amirul mukminin senddiri.
Al-Hasan Basry
sebagai ahli fiqih, juga ahli pidato dan kisah, ahli pikir dan Ahli Tasawuf, ia
bukan saja mangarjakan Ilmu-ilmu agama kpada pelajar-pelajar, bahkan juga
mengajar orang banyak dengan mengadakan kisah-kisah. Di masjid basrah . tatkala
ia wafat 10 Tahhun, seluruh penduduk kota Barsah mengiringi jenazahnya ke
kubur, sehingg tidak ada seorangpun bersembahyang Asar di msjid Basrah pada
hari tersebut.
Ibnu Sirin
belajar kepada Zaid bin Dtabit, Anas bin Malik dia ahli hadis dan ahli fiqih
dan hidup semasa dengan Al-Hasan Basry
4.
Madrasah Kufah
Ulama Sahabat
yang tinggal di Kufah adalah Ali bin Abu Tholib dan Abdullah bin Masa’ud.
Pekerjaan Ali di Irak ialah oal politik dan urusan peperangan. Sedangkan Ibnu
Mas,ud mengajarkan Al-Quran dan Ilmu Agama. Ibnu Mas’ud di utus oleh Umar
binKhattab ke kufah untuk menjadi guru.
Ia ahli tafsir dan ahli Fiqih, bahkan Ia meriwayatka Hadis-hadis Nabi saw.
Madrasah Ibnu
Mas’ud di kufah melahirkan enam orang ulama besar, Yitu : Alqamah, Al-Aswad,
Masruq, ‘Ubaidah, Al-Haris bin Qais dan Amr bin syurahbil. Mereka itulah yang
menggantikan Abdullalh bin Mas’ud
menjadi guru di kufah, bukan saja belajar pada Abullah bin Mas’ud bahkan mereka
pergi ke Madinah. Di sana belajar pada Umar bin Khattab, Ali bin Abu Thalib,
Abdullah bin Abbas, Mu’az bin Jabal dll.
Dengan Demikian
Kufah Menjadi Pusat Ilmu Agama.
5.
Madrasah Damsyik ( Syam )
Setelah Negeri
Syam menjadi bagian Negara Islam dan penduduknya banyak memeluk agama Islam, Maka Umar bin Khattab Mengirimkan tiga orang Guru Agama
ke negeri itu, yaitu : Muaz bin Jabal, ‘Ubadah dan Abud Darda. Ketiga guru itu
membangun Madrasah Agama di Syam. Mereka mengajarkan Al-Qur,an dan ilmu Agama
di negeri Syam pada tiga tempat, Yaitu
Abu Darda di Damsyik, Muas bin Jak, Muas bin Jabal di palestina dan Uadah di
Hims.
Kemudian mereka
di gantikan oleh Murid-muridnya, Tabi’in, seperti Abu Idris Al-Khailany, Makhul
Ad-Dimasyki, Umar bin Abdul Aziz dan Razak bin Haiwah.
Akhirnya
Madrasah itu melahirkan imam penduduk syam, yaitu Abdurrahman Al-Auza’iy yang
sederajat Ilmunya dengan Imam Malik dan Abu Hanifah. Mahzabnya tersebar di yam
sampai ke Magrrib dan Andalusia. Tetapi kemudian Mahzab itu lenyap.
6.
Madrasah Fistat (Mesir)
Setelah messir
menjadi negara islam ia menjadi pusat Ilmu-ilmu Agama. Mula-mula mendirikan
madrasah di mesir ialah Abdullah bin ‘mr bin Al-‘As, yaitu di fistat. Ia ahli
hadis dengan arti kata yang sebenarnya. Karena kia bukan saja menghafal
hadis-hadis yang di dengarnyadari Nabi saw.Melainkan juga di tuliskannya dalam
buu catatan, sehingga ia tidak lupa atau khilaf meriwayatkan hadis-hadis itu kepada Murid-muridnya. Oleh sebab itu
banyak sahabat dan Tabi’in meriwayatkan hadis-hadis dari padanya.
Kemudian
termahsyur di Madarasah Msir sesudah sahabat, Yazid bin Abu Habib An-Nuby. I
Yanga mula-mula menyiarkan Ilmu fiqih dan apa-apa yang Hala dan yang haram
dalam agama Islam. Sedangkan sebelum itu mereka banyak membicarakan soal-soal
fitnah, selain dari Yazid termahsyur pula Abdullah bin Abu Ja’far bin Rabi’ah.
Di antara
murid-murid Yazid yang termahsyur ialah Abdullah bin Lhi’ah dan Al-Lais bin
Sa’ad. Abdullah bukan saja belajar pada Yazid bahkan belajar kjuga pada Tabi’in,serta di catatnya apa-apa
saja yang di dengarnya, ia menjadi hakim di mesir 9 tahun lamanya.
Al-Lais bin Sa’d,
sesudah belajar di mesir pergi ke makkah, baitulmagdisdan Bagdad menuntut ilmu.
Dalam perjalanan itu ia menemui 59 tabi’in untuk menerima hadis. Ia juga
berhubungan dengan Imam Malik di Madinah. Kemudian ia berkirim surat kepada
Imam Malik tentang beberapa masalah, serta di keritiknya pendapat imam malik
itu.
Imam Safi’i
berkata : “ Al-Lais lebih ahli dalam ilmu Fiqih dari Malik, tetapi murid -muridnya
tidak menegakkannya” Al-Lais mmpunyai mahzab sendiri, sejajar dengan Mahzab
malik yang di ikuti oleh penduduk Mesir. Tetapi mahzabnya itu lenyap seperti
Mahzab Al-Auza’i di Syam.
Dengan
keteraangan tersebut itu dapat di ambil kesimpulan, bahawa Ulama-ulama sahabat
tersebar eluruh kota kota di negara islam yang terus bertambah luas. Mereka
itulah pendiri madrasah- madrasah pada tiap – tiap kota itu. Sedangkan mereka
itu mempunyai keahllian Ilmiyah yang berbeda-beda dan keperibadian yang
berlainan.
TINGKAT
PELAJARAN DAN ILMU-ILMU YANG DI AJARKAN
Pada masa Khalifah-khalifah
aidin Umayah sebenarnya telah ada
tingkatan pengajaran, hampir seperti masa sekarang. Tingkat pertama adalah
kuttab, setelah tamat mereka meneruskan pelajaran ke masjid. Pelajaran di
masjid itu terdiri dari tingkat menengah dan tingkat tinggi, paada tingkat
menengah gurunya belumlah ulama besar, sedangkan pada tingkat tingginya gurunya
yaitu Ulama yang dalam ilmunya dan Mahsyur kealiman dan ksalehannya.
Umumnya pelajarn di berikanguru kepada murid-murid seorang demi
seorang, naik di kuttab maupun di masjid pada tingkat menengah, padaa tingkat
tinggi peljaran di berikan oleh guru dalam satu halaqah yang di hadiri oleh pelajar bersama-sama.
Ilmu yang di ajarkan kepada Kuttab pada mula-mulanya adalah dalam
keadaan sederhana, yaitu :
a.
Beajar
membaca dan menulis
b.
Membaca
Al-Qu r’an dan meghafalnya
c.
Belajar
pokok-pokok agama islam,.
Pada masa
khalifah Umar bin Khattab beliau menginstruksikan kepad penduduk-penduduk kota
supaya di ajakan kepada anak-anak.
a.
Berenang;
b.
Mengendarai
kuda;
c.
Memanah;
d.
Membaca
dan menghafal syair-syair mudah pribahasa.
Instruksi Umar
itu dapatdi laksanakan oleh guru-guru di tempat yang dapat di laksanakan.
Ddemikian
,,kira-kira rencana pelajaran Kuttab pada masa khalifah Umar sampai akhir masa
Umaiyah.
Ilmu-lmu yang
di Ajarkan pada pada tingkat menengah dan tingkat tinggi terdiri dari :
a.
Al-Qur’an
dan Tafsirnya
b.
Hadis
dan mengumpulkannya
c.
Fiqih
Ilmu – ilmu Duniawiyah dan filsafat belumlah ada dalam
rencana pengajaran pada masa itu
meskipun pada masaa itu Yunani dan Romawi telah tersebar di Mesir, Syam dan
Irak.
ULAMA-ULAMA (AHLI ILMU-ILMU ISLAM)
1.
Ulama-ulama Tafsir
Ulama-ulama
sahabat ahli tafsir yang sangat termahsyur ialah :
a.
Ali
bin Abu Thalib
b.
Abdullah
bin Abbas
c.
Ubaiya
bin ka’ab
Kemudian di
ikuti oleh murid-muridnya, atau ulama-ulama tabi’in. Pada masa tabi’in tafsir
Al-Qur’an bertambah luas dengan memasukkan Israiliyat dan Nasraniyat, karena
banyak orang-orang Yahdi dan Nasraniyat, karena
banyak orang yahudi dan nasrani
memeluk agama Islam di antara mereka yang ternahsyur.
1.
Ka’bul Ahbar
2.
Wahab
bin Munabbih
3.
Abdullah
bin Salam
4.
Ibnu
Juraij
Sesudah masa
sahabatadn tabi’in tersebut itu, lahirlah tafsir Sufyan bin ‘Uyainah, Waki bin Al-Jarrah,
abdul razag dll, tetapi amat sayang tetapi tafsir-tafsir mereka itu tidak
sampai kepadakita sekarang yang sampai keada kita sekarang adalahtafir ulama-ulama tingkat
kemudiannya yaitu Tafsir Ibnu Jarir At-Thabari.
2.
Ulama-ulama Hadis
Kitab bacaan satu-satunya adalah Al-Qur’an. Sedangkan Hadis-hadis
belumlah di bukukan. Hadis-hadis hanya di riwayatkan dari mulut ke mulut, dari
guru ke muridnya, sehingga menjadi hafalan muridnya dan begitulah seterusnya.
Ssetengah pelajar ada yang mencatat hadis-hadis itu dalam buku catatannya
tetapi belumlah berupa buku seperti kita sekarang.
Ulama-ulama yang banyak meriwayatkan hadist ialah :
1.
Abu
Hurairah
2.
Aisyah
3.
Abdullah
bin Umar
4.
Abdullah
bin Abbas
5.
Jabir
bin Abdullah
6.
Anas
bin malik
Hadis-hadis yang di riwayatkan oleh Umar bin Khattab
berjumlah 537 hadist sedangkan nyang sahnya 50 hadis, kemudian hadis-hadis itu
di Riwayatkan oleh murid sahabat, yaitu
Tabi’in kepada tabi-tabi’in, bertali Tali dan turun temurun sampai kepada ulama
Hadis yang termahsyur : Bukhari, Muslim, dll pada abad yang pertama belumlah di
bukukan hadis-hadis itu. Bahkan sampai jatuh daulah Umaiyah (132 H),
hadis-hadis itu belum juga di bukukan.
3.
Ulama- Ulama Ahli Fiqhi
Ulama- ulama yang termahsyur dalam fiqhi :
1.
Abu
Bakar
2.
Umar
bin Khattab
3.
Usman
bin Affan
4.
Ali
bin Abu Thalib
5.
Siti
Aisyah
6.
Zaid
bin tzabit
7.
Ubaiya
bin ka’ab
8.
Muaz
bin Jabal
9.
Abdullah
bin Masud
10.
Abu
musa bin Al-Asy’ari
11.
Abdullah
Bin Abbas
Mereka itu adlah ahli ijtihad berani mengeluarkan pendapat , bila
tidak ada dari kitab dan sunnah.
Akhirnya ulama yang
mengikuti mereka itu di namai : Ahli
Rakyi ( Ahli Qiyas).
Ulama –ulama Tabi’in yang pengiut mereka itu ialah :
1.
Syuriah
bn Al- Harits
2.
‘Alqamah
bin Qais
3.
Masruq
Al-Ajda’
4.
Al-Aswad
bin Yazid
Kemudian di
ikuti oleh murid-murid mereka yaitu :
1.
Ibrahim
An-Nakh’i
2.
Amir
bin Syurahbil Asya’by
Sesudah itu di
gantikan oleh Hammad bin Abu Sulaiman ( guru Abu Hanifah) akhhirnya lahirlah
Abu Hanifah, pembangun mazhab Hanafi. Mazhab ini di siarkan oleh Murid-muridnya
: Abu Yusuf, Muhammad bin Al-Hasan dan
Zufar.
Pusat Madrasah Ahli Rakyi ialah di Irak. Di sampaing Madrasah ahli
rakyi tersebut Ada madrasah Ahli Hadis. Ulama- ulama sahabat yangmenganut
aliran itu ialah:
1.
Al-Abbas
2.
Az-
Zubair
3.
Abdullah bin Umar
4.
Abdullah
bin ‘Amr bin Al-‘As
Ulama-ulama
tabi’in yang mengikut Aliran ini yaitu :
1.
Sa’id
bin Al-musaiyab
2.
Kharrijah
bin Zaid bin Tsabit
3.
Salim
bin Abdullah bin Umar
Kemudian di
ikuti oleh ;
1.
Ibni
Syihab Az-Zuhry
2.
Nafi’Maula
Abdullah bin Umar
Mereka itu ialah guru Malik bin Anas yang membangun Mahzab Maliki.
Mazhab ini di siarkan oleh Murid muridnya Yaitu : Abdur-Rahman bin Al-Qasim
dll. Pusat Madrsah ahli Hadis ini ialah
di Hijaz (Madinah).
Pada masa ini belum terbentuk empat Mazhab, hanya sudah banyak
Ulama-ulama Mujtahid, Seperti Al-Auza’iy.