Chrome Pointer

Jumat, 28 Oktober 2016

ARAB PRA ISLAM

A. Sistem Politik Dan Kemasyarakatan

1. Sistem Politik

Bangsa Arab sebelum islam, hidup kabilah-kabilah dan berdiri sendiri-sendiri. Satu sama lain kadang-kadang saling bermusuhan. Mereka tidak mengenal rasa ikatan Nasional, yang ada pada mereka hanyalah ikatan kabilah. Dasar hubungan dalam kabilah itu ialah pertalian darah. Rasa asyabiyah amat kuat dan mendalam pada mereka, sehingga bila mana terjadi salah seorang di antara mereka teraniaya maka, seluruh anggota-anggota kabilah itu akan bangkit membelanya. Semboyan mereka“ Tolong saudaramu, baik dia menganiaya atau dianiaya “.

Pada hakikatnya kabilah-kabilah ini mempunyai pemuka-pemuka yang memimpin kabilahnya masing-masing.Kabilah adalah sebuah pemerintahan kecil yang asas eksistensi politiknya adalah kesatuan fanatisme,adanya manfaat secara timbal balik untuk menjaga daerah dan menghadang musuh dari luar kabilah.

Bangsa Arab sebelum Islam tidak pernah dijajah oleh bangsa asing, bahkan tidak pernah tercipta kesatuan politik di seluruh jazirah Arab. Kerjaan –kerajaan kecil yang terdapat di Jazirah Arab bahagian selatan umumnya berdaulat atas wilyah mereka yang sempit dan terbatas masyarakatnya. Mereka lebih suka hidup berkabilah-kabilah dan setiap kabilah atau suku diperintah oleh seorang Syaikh, yaitu seorang yang dianggap tertua dan berani di antara anggota kabilah tersebut.

Oleh karena itu, tidak ada rasa solidaritas sosial yang menyeluruh bagi semua suku Arab, bahkan hubungan kerjasama antar suku hanya didasari atas kepentingan bersama, tanpa ada kepentingan bersama, sukar tercipta hubungan kerjasama antar suku atau antar kerjaan-kerajaan kecil yang terdapat di sekitar Jazirah Arab, seperti kerajaan Mu'inHimyar, Saba’Hirrah,gassan dan lain-lainya.

Kedudukan pemimpin kabilah ditengah kaumnya, seperti halnya seorang raja. Anggota kabilah harus mentaati pendapat atau keputusan pemimpin kabilah. Baik itu seruan damai ataupun perang. Dia mempunyai kewenangan hukum dan otoritas pendapat, seperti layaknya pemimpin dictator yang perkasa. Sehingga adakalanya jika seorang pemimpin murka, sekian ribu mata pedang ikut bicara, tanpa perlu bertanya apa yang membuat pemimpin kabilah itu murka.

Kekuasaan yang berlaku saat itu adalah system dictator. Banyak hak yang terabaikan. Rakyat bisa diumpamakan sebagai ladang yang harus mendatangkan hasil dan memberikan pendapatan bagi pemerintah. Lalu para pemimpin menggunakan kekayaan itu untuk foya-foya mengumbar syahwat, bersenang-senang, memenuhi kesenangan dan kesewenangannya. Sedangkan rakyat dengan kebutaan semakin terpuruk dan dilingkupi kezhaliman dari segala sisi. Rakyat hanya bisa merintih dan mengeluh, ditekan dan mendapatkan penyiksaan dengan sikap harus diam, tanpa mengadakan perlawanan sedikitpun.

Kadang persaingan untuk mendapatkan kursi pemimpin yang memakai sistem keturunan paman kerap membuat mereka bersikap lemah lembut, manis dihadapan orang banyak, seperti bermurah hati, menjamu tamu, menjaga kehormatan, memperlihatkan keberanian, membela diri dari serangan orang lain, hingga tak jarang mereka mencari-cari orang yang siap memberikan sanjungan dan pujian tatkala berada dihadapan orang banyak, terlebih lagi para penyair yang memang menjadi penyambung lidah setiap kabilah pada masa itu, hingga kedudukan para penyair itu sama dengan kedudukan orang-orang yang sedang bersaing mencari simpati.

Kota Mekkah diperintah oleh suku quraisy, yang berasal dari keturunan qusai bin Kilab. Oleh karena itu mereka disegani dan dihormati oleh suku-suku Arab lainnya.Semenjak masa qusai bin Kilab, pelaksanaan pemerintahan kota Mekkah berjalan dengan baik. Akan tetapi, pada masa Abd. Al-Dar, salah seorang anak Qusai bin Kilab, telah mulai timbul perselisihan antar anak Abd. Al-Dar dengan anak saudaranya Abd.Al-manaf.Perselisihan ini umumnya disebabkan oleh kota mekkah.

2. Sistem Masyarakat

Dikalangan Bangsa Arab terdapat beberapa kelas masyarakat. Yang kondisinya berbeda antara yang satu dengan yang lain. Hubungan seorang keluarga dikalangan bangsawan sangat diunggulkan dan diprioritaskan, dihormati dan dijaga sekalipun harus dengan pedang yang terhunus dan darah yang tertumpah. Jika seorang ingin dipuji dan menjadi terpandang dimata bangsa Arab karena kemuliaan dan keberaniannya, maka dia harus banyak dibicarakan kaum wanita.

Karena jika seorang wanita menghendaki, maka dia bisa mengumpulkan beberapa kabilah untuk suatu perdamaian, dan jika wanita itu mau maka dia bisa menyulutkan api peperangan dan pertempuran diantara mereka. Sekalipun begitu, seorang laki-laki tetap dianggap sebagai pemimpin ditengah keluarga, yang tidak boleh dibantah dan setiap perkataannya harus dituruti. Hubungan laki-laki dan wanita harus melalui persetujuan wali wanita.

Begitulah gambaran secara ringkas kelas masyarakat bangsawan, sedangkan kelas masyarakat lainnya beraneka ragam dan mempunyai kebebasan hubungan antara laki-laki dan wanita.

  1. Para wanita dan laki-laki begitu bebas bergaul, malah untuk berhubungan yang lebih dalam pun tidak ada batasan. Perzinahan mewarnai setiap lapisan masyarakat. Semasa itu, perzinahan tidak dianggap aib yang mengotori keturunan.

  2. Banyak hubungan antara wanita dan laki-laki yang diluar kewajaran, seperti :

  3. Pernikahan secara spontan, seorang laki-laki mengajukan lamaran kepada laki-laki lain yang menjadi wali wanita, lalu dia bisa menikahinya setelah menyerahkan mas kawin seketika itu pula.

  4. Pernikahan Istibdha’, seorang laki-laki menyuruh istrinya bercampur kepada laki-laki lain hingga mendapat kejelasan bahwa istrinya hamil. Lalu sang suami mengambil istrinya kembali bila menghendaki, karena sang suami menghendaki kelahiran seorang anak yang pintar dan baik.

  5.  Laki-laki dan wanita bisa saling berhimpun dalam berbagai medan peperangan. Untuk pihak yang menang, bisa menawan wanita dari pihak yang kalah dan menghalalkannya menurut kemauannya.

  6. Poliandri yaitu beberapa laki-laki berjimak dengan seorang perempuan. Setelah perempuan itu hamil dan melahirkan anak, Perempuan tersebut memanggil semua laki-laki yang pernah menyetubuhinya untuk berkumpul di rumahnya. Setelah semuanya hadir, perempuan tersebut memberitahukan bahwa ia telah di karunia anak hasil hubungan dengan mereka. Kemudian perempuan tersebut menunjuk salah seorang dari semua laki-laki yang pernah menyetubuhinya untuk menjadi bapak dari anak yang dilahirkannya.

  7. Maqthu yaitu seorsng laki-laki menikahi ibu tirinya setelah bapaknya nmeningal dunia. Jika seorang anak ingin mengawini ibu tirinya dia melemparkan kain kepada ibu tirinya sebagai tanda bahwa ia menginginkannya, sementara ibu tirinya tidak mempunyai wewenang untuk menolak.

  8. Badal tukar menukar tanpa bercerai terlebih dahulu dengan tujuan untuk memuaskan hubungan sek dan terhindar dari bosan.

  9. Shighar yaitu seorang wali menikahkan anak atau saudara perempuannya kepada seorang laki-laki tanpa mahar.

  10. Hak perceraian ada ditangan kaum laki-laki tanpa ada batasannya. Perzinahan mewarnai setiap lapisan mayarakat, tidak hanya terjadi di lapisan tertentu atau golongan tertentu. Kecuali hanya sebagian kecil dari kaum laki-laki dan wanita yang memang masih memiliki keagungan jiwa.

Masyarakat Arab sebelum Islam adalah masyarakat feudal dan sudah mengenal sistem perbudakan.Sistem kekerabatanya adalah sistem partilinial (Patriarchat-agnatic), Wanita kurang mendapat tempat yang layak dalam masyarakat.Bahkan tidak jarang apabila mereka melahirkan anak perempuan, mereka merasa malu dan hina mereka kuburkan hidup-hidup, seperti yang dinyatakan dalam ayat Al-qur'ansuran An-NahalAyat 58-59;

#sŒÎ)ur tÏe±ç0 Nèd߉ymr& 4Ós\RW{$$Î/ ¨@sß ¼çmßgô_ur #tŠuqó¡ãB uqèdur ×LìÏàx. ÇÎÑÈ 3“u‘ºuqtGtƒ z`ÏB ÏQöqs)ø9$# `ÏB Ïäþqß™ $tB uŽÅe³ç0 ÿ¾ÏmÎ/ 4 ¼çmä3Å¡ôJãƒr& 4’n?tã Acqèd ôQr& ¼çm”™ß‰tƒ ’Îû É>#uŽ—I9$# 3 Ÿwr& uä!$y™ $tB tbqßJä3øts† ÇÎÒÈ

Artinya:“ dan apabila salah seorang diantara mereka dikabarkan dengan kelahiran anak perempuan, lalu merah pada mukanya, sedang ia berduka cita. Ia menyembunyikan diri dari kaumnya, karena kejelekan berita tersebut, apakah anak perempuan tersebut terus dipelihara dengan menanggung hina atau dikubur hidup-hidup kedalam tanah. Ketahuilah amat kejam hukuman yang mereka lakukan.”

Dengan demikian, akhlak masyarakat telah merosot sekali, sehingga sering berlaku hokum rimba; siapa yang perkasa ialah yang berkuasa, siapa yang bodoh diperas oleh yang pandai, siapa yang miskin dihisap oleh yang kaya.Masa inilah yang disebut dengan masa Jahiliyah.Ada pula kebiasaan diantara mereka yang mengubur hidup-hidup anak perempuannya, karena takut aib dan karena kemunafikan. Atau ada juga yang membunuh anak laki-lakinya, karena takut miskin dan lapar. Disini kami tidak bisa menggambarkannya secara detail kecuali dengan ungkapan-ungkapan yang keji, buruk, dan menjijikkan.

Secara garis besar, kondisi masyarakat mereka bisa dikatakan lemah dan buta. Kebodohan mewarnai segala aspek kehidupan, khurafat tidak bisa dilepaskan, manusia hidup layaknya binatang. Wanita diperjual-belikan dan kadang-kadang diperlakukan layaknya benda mati. Hubungan ditengah umat sangat rapuh dan gudang-gudang pemegang kekuasaan dipenuhi kekayaan yang berasal dari rakyat, atau sesekali rakyat dibutuhkan untuk menghadang serangan musuh.

B. Sistem Kepercayaan Dan Kebudayaan

1. Sistem Kepercayaan

Kepercayaan bangsa Arab sebelum lahirnya Islam, mayoritas mengikuti dakwah Isma’il Alaihis-Salam, yaitu menyeru kepada agama bapaknya Ibrahim Alaihis-Salam yang intinya menyeru menyembah Allah, mengesakan-Nya, dan memeluk agama-Nya.Waktu terus bergulir sekian lama, hingga banyak diantara mereka yang melalaikan ajaran yang pernah disampaikan kepada mereka. Sekali pun begitu masih ada sisa-sisa tauhid dan beberapa syiar dari agama Ibrahim, hingga muncul Amr Bin Luhay, (Pemimpin Bani Khuza’ah).Dia tumbuh sebagai orang yang dikenal baik, mengeluarkan shadaqah dan respek terhadap urusan-urusan agama, sehingga semua orang mencintainya dan hampir-hampir mereka menganggapnya sebagai ulama besar dan wali yang disegani.

Kemudian Amr Bin Luhay mengadakan perjalanan ke Syam. Disana dia melihat penduduk Syam menyembah berhala. Ia menganggap hal itu sebagai sesuatu yang baik dan benar. Sebab menurutnya, Syam adalah tempat para Rasul dan kitab. Maka dia pulang sambil membawa HUBAL dan meletakkannya di Ka’bah. Setelah itu dia mengajak penduduk Mekkah untuk membuat persekutuan terhadap Allah. Orang orang Hijaz pun banyak yang mengikuti penduduk Mekkah, karena mereka dianggap sebagai pengawas Ka’bah dan penduduk tanah suci.Pada saat itu, ada tiga berhala yang paling besar yang ditempatkan mereka ditempat-tempat tertentu, seperti :

1. Manat, mereka tempatkan di Musyallal ditepi laut merah dekat Qudaid.

2. Lata, mereka tempatkan di Tha’if.

3. Uzza, mereka tempatkan di Wady Nakhlah.

Setelah itu, kemusyrikan semakin merebak dan berhala-berhala yang lebih kecil bertebaran disetiap tempat di Hijaz. Yang menjadi fenomena terbesar dari kemusyrikan bangsa Arab kala itu yakni mereka menganggap dirinya berada pada agama Ibrahim.

Ada beberapa contoh tradisi dan penyembahan berhala yang mereka lakukan, seperti :

Mereka mengelilingi berhala dan mendatanginya, berkomat-kamit dihadapannya, meminta pertolongan tatkala kesulitan, berdo’a untuk memenuhi kebutuhan, dengan penuh keyakinan bahwa berhala-berhala itu bisa memberikan syafaat disisi Allah dan mewujudkan apa yang mereka kehendaki.

Mereka menunaikan Haji dan Thawaf disekeliling berhala, merunduk dan bersujud dihadapannya.

Mereka mengorbankan hewan sembelihan demi berhala dan menyebut namanya.

Banyak lagi tradisi penyembahan yang mereka lakukan terhadap berhala-berhalanya, berbagai macam yang mereka perbuat demi keyakinan mereka pada saat itu.

Bangsa Arab berbuat seperti itu terhadap berhala-berhalanya, dengan disertai keyakinan bahwa hal itu bisa mendekatkan mereka kepada Allah dan menghubungkan mereka kepada-Nya, serta memberikan manfaat di sisi-Nya.

Selain itu, Orang-orang Arab juga mempercayai dengan pengundian nasib dengan anak panah dihadapan berhala Hubal. Mereka juga percaya kepada perkataan Peramal, Orang Pintar dan Ahli Nujum.

Di samping adanya kepercayaan dan penyembahan berhala yang dilakukan masyarakat Arab kota Mekkah pra Islam, terdapat pula kepercayaan lain yang mereka yakini, seperti:

Menyembah malaikat, Sebagian di antara masyarakat Arab Jahiliyah ada yang menyembah dan menuhankan malaikat, bahkan ada yang beranggapan bahwa malaikat adalah puteri Tuhan.

Menyembah jin, ruh atau hantu. Sebagian ada lagi yang menyembah jin, hantu, dan ruh leluhur mereka. Bahkan ada suatu tempat yang mereka keramatkan yang mereka sebut dengan Darahim. Mereka selalu mengadakan sesajian berupa kurban binatang sebagai bahan sajian agar mereka terhindar dari mara bahaya dan bencana.

Kepercayaan lama yang ada pada masa Ibrahim diwilayah timur tengah kuno, adalah kepercayaan terhadap benda-benda luar angkasa, seperti bintang-bintang, bulan, dan matahari. Kaldea yang masuk wilayah Mesopotamia-Babilonia mengenal penyembahan bintang-bintang seperti dewa Marduk yang mereka anggap sebagai dewa perang, adalah planet Mars, serta dewa-dewa lain hingga 12 dewa, yang nama-namanya dipakai dalam astronomi hingga sekarang.

Dikalangan mereka ada juga yang percaya dengan Ramalan Nasib Sial dengan sesuatu. Ada juga diantara mereka yang percaya bahwa orang yang mati terbunuh, jiwanya tidak tentram jika dendamnya belum dibalaskan, ruh nya bisa menjadi burung hantu yang berterbangan di padang seraya berkata,”Berilah aku minum, berilah aku minum”!jika dendamnya sudah dibalaskan, maka ruh nya akan menjadi tentram.

Sekalipun masyarakat Arab jahiliyah seperti itu, tapi masih ada sisa-sisa dari agama Ibrahim dan mereka sama sekali tidak meninggalkannya, seperti pengagungan terhadap ka’bah, thawaf disekelilingnya, haji, umrah, Wufuq di Arafah dan Muzdalifah. Memang ada hal-hal baru dalam pelaksanaannya.

Semua gambaran agama dan kebiasaan ini adalah syirik dan penyembahan terhadap berhala menjadi kegiatan sehari-hari , keyakinan terhadap hayalan dan khurafat selalu menyelimuti kehidupan mereka. Begitulah agama dan kebiasaan mayoritas bangsa Arab masa itu. Sementara sebelum itu sudah ada agama Yahudi, Masehi, Majusi, dan Shabi’ah yang masuk kedalam masyarakat Arab. Tetapi itu hanya sebagian kecil oleh penduduk Arab. Karena kemusyrikan dan penyesatan aqidah terlalu berkembang pesat.

Itulah agama-agama dan tradisi yang ada pada saat detik-detik kedatangan islam. Namun agama-agama itu sudah banyak disusupi penyimpangan dan hal-hal yang merusak. Orang-orang musyrik yang mengaku pada agama Ibrahim, justru keadaannya jauh sama sekali dari perintah dan larangan syari’at Ibrahim. Mereka mengabaikan tuntunan-tuntunan tentang akhlak yang mulia. Kedurhakaan mereka tak terhitung banyaknya, dan seiring dengan perjalanan waktu, mereka berubah menjadi para paganis, dengan tradisi dan kebiasaan yang menggambarakan berbagai macam khurafat dalam kehidupan agama, kemudian mengimbas kekehidupan social, politik dan agama.

Sedangkan orang-orang Yahudi, berubah menjadi orang-orang yang angkuh dan sombong. Pemimpin-pemimpin mereka menjadi sesembahan selain Allah. Para pemimpin inilah yang membuat hukum ditengah manusia dan menghisab mereka menurut kehendak yang terbetik didalam hati mereka. Ambisi mereka hanya tertuju kepada kekayaan dan kedudukan, sekalipun berakibat musnahnya agama dan menyebarnya kekufuran serta pengabaian terhadap ajaran-ajaran yang telah ditetapkan Allah kepada mereka, dan yang semua orang dianjurkan untuk mensucikannya.

Sedangkan agama Nasrani berubah menjadi agama paganisme yang sulit dipahami dan menimbulkan pencampuradukkan antara Allah dan Manusia. Kalaupun ada bangsa Arab yang memeluk agama ini, maka tidak ada pengaruh yang berarti. Karena ajaran-ajarannya jauh dari model kehidupan yang mereka jalani, dan yang tidak mungkin mereka tinggalkan.

Semua agama dan tradisi Bangsa Arab pada masa itu, keadaan para pemeluk dan masyarakatnya sama dengan keadaan orang-orang Musyrik. Musyrik hati, kepercayaan, tradisi dan kebiasaan mereka hampir serupa.

2. Sistem Kebudayaan

Akibat peperangan secara terus menerus kebudayaan arab tidak berkembang. Karena itu, artefak sejarah arab pra islam sangat langka didapatkan di dunia Ara dan yang dalam bentuk bahasa arab. Sejarah mereka hanya dapat diketahui dari masa kira-kira 150 tahun menjelang lahirnya islam.

Masyarakat Arab juga mempunyai kebudayaan yang buruk yaitu Minum arak dan berjudi, mereka suka minum arak secara bersama dalam suatu pertemuan sambil berjudi. Mencuru dan merampok dan tidak ada larangan dalam hal makanan dan minuman mereka suka makan darah, daging hewan tanpa di sembelih dan makan bangkai mereka mencuri dan merampok bahkan membunuh untuk memperoleh yang mereka inginkan. Bertengkar dan berkelahi hanya karena masalah kecildean sepele. Misalnya karena memperebutkan sepotong roti, pertengkaran peseorangan menjadi perkelahian kelompok\ kabilah sehingga menjadi peperangan besar.

Dalam kehidupan seni dan budaya orang-orang arab sebelum islam sangat maju. Bahasa mereka sangat indah dan kaya. Syair-syair berjumlah banyak. Di kalangan mereka seorang penyair dan ahli berpidato (khotbah) sangat dihormati. Tiap tahun di “Pasar Ukaz” diadakan deklamasi sajak yang sangat luas. Hal lain yang sangat dipentingkan oleh orang arab Jahiliyah adalah catatan keturunan (nasab), nasab digunakan untuk bermegah-megahan dan ajang pamer dengan lawanya

KESIMPULAN

Sebelum Islam datang, kondisi Arab berada dalam kegelapan dan kebodohan (jahiliyah). Kehidupan mereka jauh dari ketauhidan karena sebagaian besar masyarakat berada dalam kemusyrikan dengan menyembah berhala. Wanita ibarat barang bahkan tidak ada harganya. Akhlaknya pun bejat dan rusak. Islam datang di negeri tersebut dibawa oleh seorang rasul yang merupakan asli orang Arab, Nabi Muhammad Saw. Dengan datangnya Islam, maka budaya-budaya jahiliyah itu pun kemudian diluruskan atau dihapus. Masyarakat dibawa kepada ketauhidan beribadah hanya kepada Allah Swt saja. Wanita memiliki kedudukan yang sama dengan laki-laki. Dan akhlak mereka pun menjadi akhlakkarimah.

Budaya Arab berbeda dengan Budaya Islam. Kebudayaan Arab adalah produk manusia yang bersumber dari manusia juga, sedangkan kebudayaan Islam bersumber dari nilai-nilai Islam berupa Al-Qur’an dan Al-Hadits. Kebudayaan Arab terbatas wilayah dan berlaku untuk orang-orang Arab saja, sedangkan Islam dapat diaktualisasikan tidak hanya oleh orang Arab saja tetapi untuk semua orang dimana pun berada. Hanya tentu saja, Arab menjadi terangkat dan memiliki kedudukan tersendiri karena Islam turun di jazira Arabia, Al-Qur’an berbahasa Arab, danNabi Muhammad Saw adalahasli orang Arab. Inilahsalahsatuimpact positif yang diterima Arab dengan kehadiran Islam.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar