Chrome Pointer

Jumat, 28 Oktober 2016

KEPEMIMPINAN DAN ORGANISASI PENDIDIKAN


 A.      Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah terjemahan dari bahasa Inggris leadership yang berasal dari kata leader. Dalam definisi secara luas, kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi serta mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya.
Dalam Bahasa Indonesia  Kepemimpinan berasal dari kata dasar
"pimpin" yang berarti bimbing atau tuntun. Dari kata "pimpin" lahirlah kata kerja memimpin yang artinya membimbing atau menuntun dan benda "pemimpin" yaitu orang yang berfungsi memimpin atau membimbing atau menuntun. Menurut Veitzal Riva’i, “kepemimpinan adalah suatu proses untuk mengerakkan sekelompok orang menuju ke suatu tujuan yang telah ditetapkan bersama”. semua definisi kepemimpinan yang ada mempunyai beberapa unsure yang sama.  menurut Kartini Kartono pengertian pemimpin sebagai berikut : “Pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan di satu bidang, sehingga dia mampu mempengaruhi orang-orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu, demi pencapaian satu atau beberapa tujuan”
Istilah kepemimpinan pendidikan mengandung dua pengertian, dimana kata pendidikan menerangkan di lapangan apa dan di mana kepemimpinan itu berlangsung, dan sekalaigus menjelaskan pula sifat dan ciri-ciri kepemimpinan, yaitu bersifat mendidik dan membimbing. Sebagaimana kata pendidikan yang menunjukkan arti yang dapat dilihat dari dua segi, yaitu: 
  1.  pendidikan sebagai usaha atau proses pendidik dan mengajar seperti yang dikenal sehari-hari.
  2.  pendidikan sebagai ilmu pengetahuan yang membahas berbagai masalah tentang hakikat dan kegiatan mendidik mengajar dari zaman ke zaman atau yang membahas prinsip-prinsip dan pratik-praktik mendidikan dan mengajar dengan segala cabang-cabangnya yang telah berkembang begitu luas dan mendalam.
Dari dua hal tersebut, maka kepemimpinan pendidikan pada dasarnya terdapat dan berperan pada usaha-usaha yang berhubungan dengan proses mendidik dan mengajar di satu pihak, dan pada pihak lain berhubungan dengan usaha-usaha pengembangan pendidikan sebagai satu ilmu dengan segala cabang-cabangnya dan ilmu-ilmu pembantu lainnya.
Sesuai dengan hal tersebut di atas, penulis beranggapan bahwa bagaimanapun baik dan rapinya perencanaan, tertibnya pengorganisasian serta lengkapnya mekanisme kerja secara utuh atau sesuai dengan tujuannya, apabila faktor pimpinannya tidak dapat menjalankan kepemimpinannya, maka pekerjaan yang akan dilaksanakan tidak akan mengenai sasaran atau tidak sesuai dengan rencana sebelumnya.
Karena kepemimpinan adalah merupakan pekerjaan mental yang harus dilakukan setiap saat dan setiap waktu, maka masalah kepemimpinan bukanlah suatu pekerjaan yang ringan, apalagi setiap hari, setiap jam bahkan setiap waktu selalu timbul masalah-masalah yang harus dipecahkan. Bahkan seorang pimpinan setelah memecahkan masalah pada umumnya harus mengambil keputusan-keputusan lagi akibat daripada keputusan yang telah diambil. Hal ini disebabkan karena keputusan-keputusan yang telah diambil kemungkinan menimbulkan masalah baru yang positif ataupun yang negatif.
Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang yang dapat mempengaruhi, membimbing serta mengarahkan tingkah laku orang lain ke arah pencapaian tujuan yang teelah ditentukan sebelumnya.
Tugas seorang pemimpin ialah membimbing, mengarahkan dari pada segala kegiatan yang dipimpinnya untuk mencapai tujuan yang dikehendaki.
Seorang pemimpin dapat membangkitkan perasaan, keinginan dan pikiran orang lain, sehingga mereka mempunyai kesadaran untuk bekerja dengan sungguh-sungguh. Pegawai senang bekerja bukan karena paksaan, tetapi karena mempunyai kesadaran untuk tanggung jawab. Kesadaran tidak datang karena tekanan, tetapi timbul karena tergugah keinginan, perasaan dan pikirannya untuk melakukan suatu perbuatan.
Seorang pemimpin yang tidak memiliki jiwa kepemimpinan akan mengalami kesukaran atau kesulitan didalam menjalankan tugasnya sebagai peimpin, oleh karena itu ia tidak dapat mempengaruhi bawahannya untuk bekerja dengan baik sehingga yang telah ditentukan tidak akan tercapai. Atau dengan kata lain kepemimpinan dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain dalam suatu oorganisasi dengan maksud untuk menggerakan orang–orang tersebut agar dengan penuh kesadaran mengikuti kehendak pemimpin, sehingga dapat mencapai tujuan organisasi yang telah ditentukan

Kepemimpinan dalam lembaga pendidikan sangat berperan penting dalam mengembangkan seluruh sumber daya yang ada termasuk sumber daya manusia, oleh karena itu, para pakar pendidikan mencoba mengartikan kepemimpinan pendidikan, yaitu:

1.      Menurut Kartini Kartono pemimpin sebagai berikut :  Pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan khususnya kecakapan dan kelebihan di satu bidang sehingga dia mampu mempengaruhi orang-orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi pencapaian satu beberapa tujuan.
2.      Selanjutnya menurut Davis and Filley yang dikutip Hasibuan menyatakan bahwa : “pemimpin adalah seseorang yang menduduki suatu posisi manajemen atau seseorang yang melakukan suatu pekerjaan memimpin”. Seorang pemimpin harus bersikap sebagai pengasuh yang mendorong, menuntun dan membimbing asuhannya. Seorang pemimpin boleh berprestasi tinggi untuk dirinya sendiri. Tetapi itu tidak memadai bila ia tidak berhasil menumbuhkan dan mengembangkan segala yang terbaik dalam diri para bawahannya.
3.      Menurut Arifin Abdulrchman yang dikutip Moekijat yang dimkasud seorang “Pemimpin ialah orang yang dapat menggerakan orang-orang lain yang ada di sekelilingnya untuk mengikuti jejak pemimpin itu”.
4.      Sedangkan menurut Soekarno yang dikutip Moekijat “seorang pemimpin adalah seseorang yang dapat menggerakan, membimbing, memimpin memberikan fasilitas-fasilitas, memberi contoh / tauladan serta memberikan kegairahan bekerja”.  Kehidupan organisasi dalam mencapai tujuannya ditentukan oleh perilaku manusianya itu sendiri. Oleh karena itu kegiatan kepemimpinan akan menyakut perilaku seseorang yang menjabat sebagai pemimpin dalam organisasi di dalam menggerakan orang-orang atau bawahannya sehingga dapat menyelesaikan tugas-tugas atau pekerjaannya dengan baik dan lancar.
5.      Effendi menyatakan bahwa kepemimpinan adalah suatu proses dimana seseorang memimpin, membimbing, mempengaruhi atau mengontrol fikiran, perasaan atau tingkah laku orang lain.
6.      Menurut Dalton Mc. Farland yang dikutip oleh Handayaningrat menyatakan kepemimpinan sebagai berikut : “Kepemimpinan adalah sebagai suatu proses dimana pimpinan digambarkan akan memberikan perintah/pengarahan, bimbingan atau mempengaruhi pekerjaan orang lain memilih dan mencapai tujuan iyang telah ditetapkan”.
7.      Ibnu Syamsi menyatakan bahwa kepemimpinan adalah suatu seni tentang cara untuk mempengaruhi orang lain kemudian mengarahkan, keinginan, kemampuan dan kegiatan mereka untuk mencapai tujuan si pemimpin.
8.      Selanjutnya menurut John Pfiffner yang dikutip oleh Handayaningrat, menyatakan “kepemimpinan adalah seni untuk mengkoordinasikan dan memberikan dorongan terhadap individu atau kelompok untuk mencapai tujuan yang diinginkan”.  Dalam organisasi,  kepemimpinan itu merupakan seni untuk mempengaruhi bawahannya baik sebagai individu maupun kelompok agar melakukan kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi seoptimal mungkin. Pemimpin melakukan kegiatan-kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi. Ia harus menyiapkan rencana, strategi, kebijaksanaan, mengadakan koordinasi, memberikan pengarahan, mengambil keputusan, mengadakan pengawasan dan lain sebagainya. Untuk melakukan tugas tersebut, ia harus mengusahakan agar seluruh anggota organisasi itu dapat digerakan untuk mencapai tujuan organisasi.
9.      Menurut pendapat G.R. Terry yang dikutip oleh Sukarna menyatakan “kepemimpinan ialah kegiatan untuk mempengaruhi orang-orang agar supaya bekerja dengan ikhlas untuk menvapai tujuan bersama”.
10.  Selanjutnya pendapat Ordway Tead yang diterjemahkan oleh Sarwoto adalah sebagai berikut : kepemimpinan merupakan segala macam kegiatan untuk mempengaruhi orang-orang supaya mereka dalam mencapai tujuan yang mereka cita-citakan mau bersatu dan mau bekerja sama.
11.  Pendapat Hasibuan kepemimpinan adalah seni seorang pemimpin mempengaruhi perilaku bawahannya agar mau bekerja sama dan bekerja secara produktif untuk mencapai tujuan organisasi.
12.  Nawawi, mengatakan bahwa kepemimpinan pendidikan adalah proses menggerakkan, mempengaruhi, memberikan motivasi, dan mengarahkan orang-orang di dalam organisasi atau lembaga pendidikan tertentu untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya. Untuk mewujudkan tugas terebut, setiap pimpinan pendidikan harus mampu bekerja sama dengan orang-orang yang dipimpinnya untuk memberikan motivasi agar melakukan pekerjaannya secara ikhlas.  Dengan demikian, seorang pemimpin pendidikan harus memiliki jiwa kepemimpinan dalam mengembangkan sumber daya manusia lembaga pendidikan.
13.   Fachrudi, mengatakan bahwa kepemimpinan pendidikan adalah suatu kemampuan dalam proses mempengaruhi, mengkoordinir orang-orang lain yang ada hubungannya dengan ilmu pendidikan dan pelaksanaan pendidikan dan pengajaran, agar kegiatan-kegiatan yang dijalankan dapat berlangsung lebih efisien dan efektif di dalam pencapaian tujuan-tujuan pendidikan dan pengajaran.
14.  Sedangkan Assosiation of Supervision and curiculum Development, menyatakan bahwa kepemimpinan pendidikan adalah tindakan atau tingkah laku di antara individu-individu dan kelompok-kelompok yang menyebabkan mereka bergerak kearah tercapainya tujuan-tujuan pendidikan yang menambahkan penerimaan bersama bagi mereka.


Dari beberapa pendapat tersebut di atas, tentang pengertian kepemimpinan pendidikan, maka dapat penulis simpulkan bahwa yang dimaksud dengan kepemimpinan pendidikan adalah kemampuan seseorang dalam mempengaruhi, mengkoordinir, menggerakkan, memberikan motivasi dan mengarahkan orang-orang dalam lembaga pendidikan agar pelaksanaan pendidikan dapat lebih efisien dan efektif dalam mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang telah dirumuskan.
Dengan demikian, kepemimpinan mencakup distribusi kekuasaan yang tidak sama di antara pemimpin dan anggotanya. Pemimpin mempunyai wewenang untuk mengarahkan anggota dan juga dapat memberikan pengaruh, dengan kata lain para pemimpin tidak hanya dapat memerintah bawahan apa yang harus dilakukan, tetapi juga dapat mempengnaruhi bagaimana bawahan melaksanakan perintahnya. Sehingga terjalin suatu hubungan sosial yang saling berinteraksi antara pemimpin dengan bawahan, yang akhirnya tejadi suatu hubungan timbal balik. Oleh sebab itu bahwa pemimpin diharapakan memiliki kemampuan dalam menjalankan kepemimpinannya, kareana apabila tidak memiliki kemampuan untuk memimpin, maka tujuan yang ingin dicapai tidak akan dapat tercapai secara maksimal.

B.  Pengertian Organisasi Pendidikan

Setiap manusia akan berhubungan dengan bermacam-macam orang yang begitu kopleks dan bersangkutan dengan kebutuhan baik dari segi ekonomi, sosial, rekreasi, pendidikan dan lain sebagainya. Disadari atau tidak disadari, sengaja atau tidak disengaja, setiap manusia selalu berada, dibesarkan dalam dan menjadi anggota organisasi. Ini berlangsung sejak lahir hingga pada saat meninggal dunia.
Hidup anda banyak bergantung dan dipengaruhi oleh organisasi, sebab sebagian besar kebutuhan hidup anda dipenuhi melalui organisasi. Apa yang kita pakai, yang kita makan, dengan apa kita pergi, jalan yang kita lalui dan lain-lain, semuanya merupakan produk atau output organisasi. Jelasnya, seseorang masuk dan membentuk suatu organisasi karena dia mengharapkan bahwa ikut sertanya dalam organisasi akan memuaskan beberapa kebutuhan, baik emosional, spiritual, intelektual dan ekonomi.
Inilah salah satu hakikat hidup manusia yaitu selalu hidup dalam organisasi atau berorganisasi, bukan saja karena manusia tak mampu hidup sindiri kecuali hidup dan berinteraksi dengan manusia lain dalam memenuhi kebutuhannya, melainkan juga karena manusia menghadapi pembatasan, ketidakmampuan fisik dan psikis, pemilikan materi dan waktu dalam usahanya untuk mencapai tujuan. Pada dasarnya organisasi itu ada karena organisasi mempersatukan sumber-sumber dan potensi individu. Dengan demikian, tanpa pengorganisasian musthil suatu rencana dapat mencapai tujuan, tanpa organisasi para pelaksana tidak memliki pedoman kerja yang jelas dan tegas sehingga pemborosan dan tumpang-tindih akan mewarnai pelaksanaan suatu rencana yang akibatnya adalah kegagalan dalam mencapai tujuan.
Istilah organisasi berasal dari bahasa Latin organizare, yang secara harafiah berarti paduan dari bagian-bagian yang satu sama lainnya saling bergantung. Di antara para ahli ada yang menyebut paduan itu sistem, ada juga yang menamakannya sarana.
Istilah organisasi mempunyai dua pengertian umum. Pertama organisasi diartikan sebagai suatu lembaga atau kelompok fungsional, misalnya, sebuah perusahaan, sebuah sekolah, sebuah perkumpulan dan badan pemerintahan. Kedua, merujuk kepada proses pengorganisasian yaitu bagaimana pekerjaan diatur dan dialokasikan di antara para anggota, sehingga tujuan organisasi itu dapat tercapai secara efektif. Sedangkan organisasi itu sendiri diartikan sebagai kumpulan orang dengan sistem kerja sama untuk mencapai tujuan bersama.
Organisasi adalah sekumpulan orang dengan ikatan tertentu yang merupakan wadah dan alat untuk mencapai cita-cita dan tujuan yang di sepakati oleh ara anggotanya.
Organisasi didefinisikan secara bervariasi oleh para ahli yang dilihat dari berbagai sudut pandang diantaranya :
  •  Hicks & Gullen, mengatakan bahwa organisasi adalah kegiatan membagi-bagi tugas, tanggung jawab dan wewenang di antara sekelompok orang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
  •   Sedangkan menurut Pierce I dan Robinson organisasi adalah proses membentuk hubungan-hubungan yang esensial di antara orang-orang, tugas-tugas dan aktivitas-aktivitas dengan cara mengintegrasikan dan mengkoordinasikan semua sumber organisasi kearah pencapaian suatu tujuan secara efektif dan efisien.
  •  Gibson, Ivancevich dan Donelly mendefinisikan Organisasi sebagai “wadah yang memungkinkan masyarakat dapat meraih hasil yang sebelumnya tidak dicapai oleh masyarakat secara individu”
  • Stephen P. Robbins, mendefinisikan Organisasi sebagai “kesatuan social yang dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang relative dapat diidentifikasi dan berkelanjutan untuk mencapai tujuan bersama”
  •  Oteng Sutisna, organisasi adalah mekanisme yang mempersatukan kegiatan-kegiatan untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan.
Definisi organisasi pendidikan dari para ahli: Organization is the form of every human association for the attainment of comon purpose (James D. Oony) An organization as a system of cooperative activities of two or more persons (Chester I. Barnard). Dari defini tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa organisasi adalah sebuah bentuk atau sistem yang terdiri dari sekelompok manusia yang berkerjasama untuk mencapai tujuan bersama. Oleh sebab itu sekolah dikatakan sebagai sebuah organisasi karena sekolah didirikan untuk mencapai tujuan bersama khususnya di bidang pendidikan.
Dari berbagai definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Organisasi adalah suatu sistem interaksi antar orang yang ditujukan untuk mencapai tujuan organisasi, dimana sistem tersebut memberikan arahan perilaku bagi antar anggota organisasi dengan lingkungannya agar tujuan organisasi dapat tercapai secara efektif dan efisien.
Sedangkan Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tatalaku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, cara, perbuatan mendidik.
Jadi Organisasi pendidikan adalah sistem yang bergerak dan berperan dalam merumuskan tujuan pendewasaan manusia sebagai mahluk sosial agar mampu berinteraksi dengan lingkungan. Dengan begitu disana kita bisa belajar bagaimana cara menyikapi diri kita ketika berhadapan dengan suatu masalah sehingga kita bisa menyelesaikannya. Dengan pendewasaan maka kita dapat menyikapi masalah kita dengan baik dan kita juga mampu berinteraksi sebagai mana peran kita didalam suatu lingkungan.


1.    Aspek-Aspek Organisasi


Aspek-aspek dalam organisasi adalah komponen-komponen yang harus ada dalam suatu organisasi. Keberadaan komponen ini sebagai pilar dari suatu organisasi.  Artinya jika salah satu komponen organisasi tidak berfungsi, maka organisasi akan  berjalan pincang atau sama sekali tidak berjalan. Dalam pandangan sistem organisasi mengalami entrophy, yaitu kondisi dimana organisasi dikategorikan hancur (dalam tanaman digambarkan sebagai kondisi layu).
O’Connor, T. Mengungkapkan bahwa organisasi setidaknya harus memiliki empat komponen utama, yaitu : mission, goals, objectives, dan behavior. Jika suatu organisasi tidak memiliki misi dan objek yang akan dilaksanakan maka setiap anggota akan kebingungan dalam mencapai tujuan organisasinya, hal ini menunjukan bahwa empat komponen organisasi tersebut saling berkaitan satu sama lain sehingga tidak akan berfungsi suatu organisasi jika salah satu komponennya hilang.


2. Fungsi- Fungsi Organisasi


a.    Memberi struktur, terutama dalam penyusunan/ penempatan personal, pekerjaan-pekerjaan material dan pikiran-pikiran di dalam struktur itu.
b.    Memberikan hubungan antara orang-orang.
c.    Alat untuk mempersatukan usaha-usaha untuk menylesaikan pekerjaan-pekerjaan.


Dengan demikian Organisasi adalah Wadah aktivitas-aktivitasyang menyusun dan membentuk hubungan-hubungan fungsional sehingga terwujudlah kesatuan usaha dalam mencapai maksud dan tujuan pendidikan.


3. Ciri-Ciri Organisasi


a.     Organisasi sebagai suatu sistem, yaitu adanya seperangkat unsur yang saling bergantung dan saling berhubungan antara yang satu dengan yang lainnya
b.     Organisasi merupakan struktur, adanya suatu kadar formalitas dan pembagian tugas dan tanggung jawab yang harus dijalankan oleh anggota kelompok
c.  Adanya perencanaan yang dilakukan secara sadar berdasarkan rasionalitas dan pedoman-pedoman yang jelas
d.  Adanya koordinasi dan kooperasi yang baik diantara orang-orang yang bekerja sama, menunjukkan bahwa tindakan-tindakan orang-orang tersebut berjalan kearah suatu tanggung jawab tertentu.


Oleh karena itu, organisasi bukanlah suatu sistem tertutup, tetapi harus berinteraksi dengan lingkungan. Organisasi adalah suatu sistem terbuka dan karena itu di samping mencakup proses produksi juga proses-proses lain yang bersifat hakiki untuk mempertahankan eksistensinya, ia mesti menopang fungsi-fungsinya dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya.


        4.      Pentingnya Organisasi Pendidikan


     Organisasi secara umum dapat diartikan memberi struktur atau susunan yakni dalam penyusunan/ penempatan orang-orang dalam suatu kelompok kerja sama, dengan maksud menempatkan hubungan antara orang-orang dalam kewajiban-kewajiban, hak-hak dan tanggung jawab masing-masing. Penentuan struktur, hubungan tugas dan tanggung jawab itu dimaksudkan agar tersusun suatu pola kegiatan untuk menuju ke arah tercapainya tujuan bersama.

Organisasi pendidikan yang baik menghendaki agar tugas-tugas dan tanggung jawab dalam menjalankan penyelenggaraan sekolah untuk mencapai tujuannya dibagi secara merata dengan baik sesuai dengan kemampuan dan wewenang yang telah ditentukan. Sekolah sebagai lembaga pendidikan sesudah semestinya mempunyai organisasi yang baik agar tujuan pendidikan formal ini tercapai sepenuhnya. Kita mengetahui unsur personal di dalam lingkungan sekolah adalah, kepala sekolah, guru, karyawan, dan murid.

Di samping itu sekolah sebagai lembaga pendidikan formal ada di bawah instansi atasan baik itu kantor dinas atau kantor wilayah departemen yang bersangkutan. Di negara kita, kepala sekolah adalah jabatan tertinggi di sekolah itu, sehingga ia berperan sebagai pemimpin sekolah dan dalam struktur organisasi pendidikan ia didudukkan pada tempat paling atas. Melalui struktur organisasi yang ada tersebut orang akan mengetahui apa tugas dan wewenang kepala sekolah, apa tugas guru, apa tugas karyawan.


Dengan organisasi yang baik dapat dihindari tindakan kepala sekolah yang menunjukkan kekuasaan yang otoriter. Suasana kerja dapat lebih berjiwa demokratis karena timbulnya partisipasi aktif dari semua pihak yang bertanggung jawab.


5.    Bentuk-Bentuk Organisasi Pendidikan


Setiap unit kerja dipimpin oleh seorang kepala/pimpinan yang menduduki posisi menurut tingkat unit kerjanya di dalam keseluruhan organisasi. Posisi, tanggung jawab dan wewenang di dalam suatu kelompok formal terikat pada struktur dan dibatasi oleh peraturan-peraturan yang mendasari pembentukan organisasi kerja tersebut. Hubungan kerja yang didasari wewenang dan tanggung jawab, baik secara vertikal maupun horizontal dan diagonal akan menunjukan pola tertentu sebagai mekanisme kerja. Dengan kata lain pembagian tugas, pelimpahan wewenang dan tanggung jawab serta arus perwujudan tugas, akan menggambarkan tipe atau bentuk organisasi kerja.


Tipe-tipe organisasi itu antara lain:
a.       Organisasi Lini (Line Organization) Dalam tipe ini semua hak dan kekuasaan berada pada pimpinan tertinggi. Personal yang lain disebut bawahan tidak mempunyai hak dan kekuasaan sekecil apa pun karena hanya berkedudukan sebagai pelaksana tugas dari atasan. Tidak dibenarkan adanya inisiatif dan kreativitas, semua tugas harus dilaksanakan sebagaimana diperintahkan. Saluran perintah dan penyampaian tanggung jawab dalam organisasi tipe ini dilakukan melalui prosedur dari atas ke bawah dan sebaliknya.
b.      Organisasi Staf (Staff Organization) Dalam tipe ini semua hak, kekuasaan dan tanggung jawab dibagi habis pada unit kerja yang ada secara bertingkat. Setiap unit memperoleh sebagian hak dalam menentukan kebijakan sepanjang tidak bertentangan dengan kebijaksanaan umum dari pimpinan tertinggi. Wewenang dan tanggung jawab dilimpahkan secara luas, sehingga pimpinan berkedudukan sebagai koordinator. Tanggung jawab disampaikan secara bertingkat sesuai dengan hak dan kekuasaan yang dilimpahkan.
c.       Bentuk Gabungan (Line and Staff Organization) Tipe ini sebagai gabungan dari kedua tipe di atas, menempatkan pimpinan tertinggi sebagai pemegang hak dan kekuasaan tertinggi dan terakhir. Tidak semua hak, kekuasaan dan tanggung jawab dibagi habis pada unit kerja yang ada, tugas yang bersifat prinsipil tetap berada pada atasan/pimpinan tetinggi. Pimpinan unit kerja sebagai staf memperoleh wewenang dalam bidang kerja masing-masing sepanjang tidak berhubungan dengan tugas yang menjadi wewenang atau kekuasaan pimpinan tertinggi.
d.      Organisasi Fungsional (Fungsional Organization) Dalam tipe ini pembagian hak dan kekuasaan dilakukan berdasar fungsi yang diemban oleh unit kerja dan terbatas pada tugas-tugas yang memerlukan keahlian khusus. Sehingga personal yang diangkat dan menerima wewenang untuk menjalankan kekuasaan diserahkan pada orang yang mempunyai keahlian dalam bidang kerja masing-masing. Wewenang yang dilimpahkan dibatasi mengenai bidang teknis yang memerlukan keahlian tertentu secara khusus.
6.    Jenis-Jenis Organisasi
Pekemabangan kajian organisasi diawali dari kajian organisasi sebagai organisasi formal, yaitu organisasi yamg didesain untuk mencapai tujuan bersama. Perkembangan ini terus berlangsung dan berbagai studi keorganisasian terus dilakukan. Perkembangan inilah pada akhirnya memunculkan organisasi informal sebagai implikasi dari adanya organisasi formal.  
a.      Organisasi formal

Organisasi formal adalah organisasi yang dicirikan oleh struktur organisasi. Keberadaan struktur organisasi menjadi pembeda utama anatra organisasi formal dan informal. Struktur dalam organisasi formal dimaksudkan untuk menyediakan penugasan kewajiban dan tanggung jawab kepada personil dan untuk membangun hubungan tertentu diantara orang-orang pada berbagai kedudukan. Sekolah dasar merupakan contoh sebuah organisasi formal.


Struktur dalam organisaasi formal memperlihatkan unsur-unsur administratif berikut :

1)  . Kedudukan struktur menggambarkan letak/posisi setiap orang dalam  organsasi tanpa kecuali. Kedudukan seorang dalam struktur oragnisasi mencerminkan sejumalah kewajiban sebagai bagian dari upaya pencapaian tujuan dan hak-hak yang dimiliki secara formal dalam posisi yang didudukinya. Sebagai contoh, kepala sekolah adalah salah satu contoh kedudukan dalam struktur organisasi  sekolah. Kedudukan sebagai kepala sekolah ini mencerminkan adanya sejumlah kewajiban yang harus dilakukan pemangku jabatan sebagai pimpinan dan manajer sekolah, juga mempelihatkan adanya hak-hak yang diterima secar formal manakala seseorang menjabat sebagai kepala sekolah.

2)    Hierarki/kekuasaan. Struktur digambarkan sebagai suatu rangkaian hubungan antara satu orang dengan orang lainnya dalam suatu organisasi. Rangkaian hubungan ini mencerminkan suatu hirarki kekuasaan yang inheren dalam setiap kedudukan. Tanggung jawab merupakan suatu istilah yang melekat dalam setiap kedudukan dan hirarki kekuasaan di dalam organisasi. Adanya hirarki kekuasaan menunjukan bahwa pecapaian organisasi dibagi kepada berbagai komponen organisasi diimplementasikan secara sinergi melalui hirarki kekuasaan masing-masing yang dikoordinasikan dan dipimpin oleh manajer puncak. Dalam organisasi persekolahan, hirarki kekuasaan tertinggi adalah kepala sekolah.

3)   Kedudukan garis dan staf. Organisasi garis menegaskan struktur pengambilan keputusan, jalan permohonan dan saluran komunikasi resmi untuk melaporkan informasi dan mengeluarkan instruksi, perintah, dan petunjuk pelakasanaan. Kedudukan garis ialah kedudukan yang diserahi kekuasaan administrative umum dalam arus langsung dari tempat paling atas ke tempat paling bawah. Kedudukan staf mewakili keahlian-keahlian khusus yang diperlukan bagi berfungsinya kedudukan garis tertentu dengan pasti.

b.          Organisasi Informal

Interaksi antara orang dalam organisasi formal pasti akan menghasilkan sebuah perkembangan hubungan yang tidak saja hubungan struktural, terlebih pada organisasi persekolahan, dimana kekeluargaan menjadi salah satu landasan perilakunya. Perkembangan hubungan dari interaksi orang dalam organisasi ini akan mengikat secara kuat sentiment dan komitmen setiap orang, sehingga muncul empati da simpati satu sama lain. Hubungan inilah yang terus tumbuh selama organisasi formal itu ada yang dinamakan organisasi informal. Hubungan interaksi ini tidak berstruktur sebagaimana struktur organisasi formal.

Walaupun sulit mengidentifikasi keberadaannya secara kasat mata, namun keberadaan organisasi informal ini dapat dilihat dari tiga karakteristik, yaitu norma perilaku, tekanan untuk menyesuaikan diri, dan kepemimpinan informal. Norma perilaku adalah standar perilaku yang diharapkan menjadi perilaku bersama yang ditetapkan oleh kelompok (orang-orang dalam organisasi) dalam sebuah kesepakatan sosial, sehingga sangsinya pun sangsi sosial. Norma perilaku dalam organisasi informal tidak tertulis sebagaimana organisasi formal, tetapi menjadi kesepakatan bersama diantara orang-orang di dalam organisasi.

Tekanan untuk menyesuaikan diri akan muncul apabila seseorang akan bergabung dengan suatu kelompok informal. Menggabungkan diri dengan suatu kelompok tidak sekedar bergabung secara fisik dalam suatu kumpulan, tetapi melibatkan sosial-emosional individu-individu dalam organisasi informal tersebut. Karena itu organisasi informal sering muncul dalam bentuk kelompok-kelompok yang tidak terlalu besar , karena syarat keberterimaan sebagai bagian dari organisasi informal ini tidak saja keanggotaan dalam organisasi formalnya, tetapi lebih spesifik pada kesamaan antar individu (kesamaan daerah agama, nilai yang dianut, hobi dan sebagainya).

Kepemimpinan informal dalam organisasi informal menjadi salah satu komponen yang kuat mempengaruhi anggota di dalam organisasi, bahkan memungkinkan melebihi pengaruh pemimpin organisasi formal. Pemimpin informal muncul dari kelompok dan membimbing serta mengarahkan melalui persuasi dan pengaruh. Kepemimpian dalam organisasi informal sangat kuat pengaruhnya, karena inilah kepemimpinan yang sesungguhnya, dimana seseorang dipatuhi bukan karena memiliki jabatan, tetapi ada kelebihan yang secara alamiah dan mampu mempengaruhi orang lain tanpa paksaan.


7.      Stuktur Organisasi Pendidikan


Struktur organisasi pendidikan adalah struktur yang mendasari keputusan para Pembina atau Pendiri sekolah untuk mengawali suatu proses perencanaan sekolah yang strategis. Organisasi pendidikan juga dapat dikatakan sebagai seperangkat hukum yang mengatur formasi dan administrasi atau tata laksana organisasi-organisasi pendidikan di Indonesia.
Struktur Organisasi pendidikan yang pokok ada dua macam yaitu sentralisasi dan desentralisasi. Di antara kedua struktur tersebut terdapat beberapa struktur campuran yakni yang lebih cenderung ke arah sentralisasi mutlak dan yang lebih mendekati disentralisasi tetapi beberapa bagian masih diselenggarakan secara sentral. Pada umumnya, struktur campuran inilah yang berlaku dikebanyakan negara dalam menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran bagi bangsanya. 
1. Struktur Sentralisasi

Di negara-negara yang organisasi pendidikannya di jalankan secara sentral, yakni yang kekuasaan dan tanggung jawabnya dipusatkan pada suatu badan di pusat pemerintahan maka pemerintah daerah kurang sekali atau sama sekali tidak mengambil bagian dalam administrasi apapun.

Segala sesuatu yang mengenai urusan-urusan pendidikan, dari menentukan kebijakan dan perencanaan, penentuan struktur dan syarat-syarat personel, urusan kepegawaian, sampai kepada penyelenggaraan bangunan-bangunan sekolah, penentuan kurikulum, alat-alat pelajaran, soal-soal dan penyelenggaraan ujian-ujian, dan sebagainya. Semuanya ditentukan dan ditetapkan oleh dan dari pusat. Sedangkan bawahan dan sekolah-sekolah hanya merupakan pelaksana-pelaksana pasif dan tradisional semata-mata.

Sesuai dengan sistem sentralisasi dalam organisasi pendidikan ini, kepala sekolah dan guru-guru dalam kekuasaan dan tanggung jawabnya, serta dalam prosedur-prosedur pelaksanaan tugasnya sangat dibatasi oleh peraturan-peraturan dan instruksi-instruksi dari pusat yang diterimanya melalui hierarchi atasannya. Dalam sistem sentralisasi semacam ini, ciri-ciri pokok yang sangat menonjol adalah keharusan adanya uniformitas (keseragaman) yang sempurna bagi seluruh daerah di lingkungan negara itu. Keseragaman itu meliputi hampir semua kegiatan pendidikan, teutama di sekolah-sekolah yang setingkat dan sejenis. 
2. Struktur Desentralisasi

Di negara-negara yang organisasi pendidikannya di-desentralisasi, pendidikan bukan urusan pemerintah pusat, melainkan menjadi tanggung jawab pemerintah daerah dan rakyat setempat. Penyelenggaraan dan pengawasan sekolah-sekolah pun berada sepenuhnya dalam tangan penguasa daerah. Kemudian pemerintah daerah membagi-bagikan lagi kekuasaannya kepada daerah yang lebih kecil lagi, seperti kabupaten/kotapraja, distrik, kecamatan dan seterusnya dalam penyelengaraan dan pembangunan sekolah, sesuai dengan kemampuan, kondisi-kondisi, dan kebutuhan masing-msing.

Tiap daerah atau wilayah diberi otonomi yang sangat luas yang meliputi penentuan anggaran biaya, rencana-rencana pendidikan, penentuan personel/guru, gaji guru-guru pegawai sekolah, buku-buku pelajaran, juga tentang pembangunan, pemakaian serta pemeliharaan gedung sekolah. Dengan struktur organisasi pendidikan yang dijalankan secara desentralisasi seperti ini, kepala sekolah tidak semata-mata merupakan seorang guru kepala, tetapi seorang pemimpin, profesional dengan tanggung jawab yang luas dan langsung terhadap hasil-hasil yang dicapai oleh sekolahnya. Ia bertanggung jawab langsung terhadap pemerintahan dan masyarakat awasan dan sosial-control yang langsung dari pemerintahan dan masyarakat setempat.
Hal ini disebabkab karena kepala sekolah dan guru-guru adalah petugas-petugas atau karyawan-karyawan pendidik yang dipilih, diangkat, dan diberhentikan oleh pemerintah daerah setempat.


8.    Desain Organisasi


Desain organisasi didasarkan pada elemen-elemen umum dalam organisasi. Mintzberg  menyebutkan lima elemen umum dalam suatu organisasi yaitu :

a.      The operating core. Para pegawai yang melaksanakan pekerjaan dasar yang berhubungan dengan produksi dari produk dan jasa. Dalam organisasi sekolah, pegawai ini adalah guru.
b.      The strategic apex. Manajer tingkat puncak yang diberi tanggungjawab keseluruhan untuk organisasi. Pada organisasi sekolah, orang ini adalah kepala sekolah.
c.       The middle line. Para manajer yang menjadi penghubung operating core dengan strategic apex. Dalam konteks perguruan tinggi orang-orang ini adalah para dekan yang bertugas memfasilitasi strategic apex untuk terimplementasi pada level jurusan.
d.      The techno structure. Para analis yang mempunyai tanggungjawab untuk melaksanakan bentuk standarisasi tertentu dalam organisasi. Dalam konteks organisasi pendidikan di Indonesia, masih jarang sekolah yang memiliki tenaga ini.
e.       The support staff. Orang-orang yang mengisi unit staff, yang member jasa pendukung tidak langsung kepada organisasi. Di persekolahan staff ini dikenal dengan tenaga administrative sekolah (TAS).
9.    Contoh Susunan Organisasi Pendidikan
a.         Kepala Sekolah, berperan dalam dan bertugas sebagai edukator, manajer, administrator, supervisor, leader, inovator dan motivator. Dalam penerapannya kepala sekolah bertugas memimpin dan mengkoordinasikan semua pelaksanaan rencana kerja harian, mingguan, bulanan catur wulan dan tahunan. Mengadakan hubungan dan kerjasama dengan pejabat-pejabat resmi setempat dalam usaha pembinaan sekolah.
b.        Komite Sekolah, berperan dalam membina dan menghimpun potensi warga sekolah dalam rangka mendukung penyelenggaraan sekolah yang berkualitas.
c.         Kepala Urusan Tata Usaha, berperan dalam menyusun program tata usaha sekolah, mengurus administrasi ketenagaan dan siswa, membina dan pengembangan karier pegawai tata usaha sekolah, menyusun administrasi perlengkapan sekolah, menyusun dan penyajian data/statistik sekolah, membuat laporan kegiatan tata usaha.
d.        Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum, berperan dalam menyusun program pengajaran, pembagian tugas guru dan jadwal pelajaran.
e.         Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan, berperan dalam menyusun program pembinaan OSIS, melaksanakan pembimbingan dan pengarahan kegiatan OSIS, pemilihan siswa teladan/penerima beasiswa, mutasi siswa, program ekstra kurikuler, membuat laporan kegiatan kesiswaan secara berkala.
f.         Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana, berperan dalam menyusun rencana kebutuhan sarana dan prasarana, mengkoordinasikan pendayagunaan sarana dan prasarana, pengelola pembiayaan alat-alat pengajaran, dan menyusun laporan pelaksanaan urusan sarana dan prasarana secara berkala
g.        Wakil Kepala Sekolah Bidang Humas, berperan dalam mengatur dan menyelenggarakan hubungan sekolah dengan orang tua/wali siswa, membina hubungan antar sekolah, komite sekolah, lembaga dan instansi terkait, dan membuat laporan pelaksanaan hubungan masyarakat.
h.        Koordinator BP, berperan dalam mengatasi kesulitan belajar siswa/ siswi, mengatasi kebiasaan-kebiasaan yang tidak baik yang dilakukan siswa/ siswi pada asaat proses belajar mengajar berlangsung, mengatasi kesulitan yang berhubungan dengan : kesehatan jasmani, kelanjutan studi, perencanaan dan pemilihan jenis pekerjaan setelah mereka tamat, dan masalah sosial emosional sekolah yang bersumber dari sikap murid yang bersangkutan terhadap dirinya sendiri, keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan yang lebih luas.
i.          Dewan guru, berperan dalam mendidik, membimbing dan mengarahkan siswa dan siswi melalui proses belajar mengajar di sekolah serta berperan dalam pembentukan kepribadian setiap siswa dan siswi.

C.      Peran Kepemimpinan Dalam Organisasi Kependidikan


Adapun peran kepemimpinan adalah sebagai suatu pengorganisasian yang merupakan susunan prosedur, tata kerja, tata laksana, dan hal-hal yang mengatur organisasi itu agar bisa berjalan lancar. Melalui pengorganisasian diatur pembagian kerja, hubungan kerja, struktur kerja dan pendelegasian wewenang.

Seorang kepemimpinan dalam suatu organisasi Akan sangat mempengaruhi gerak laju dari organisasi itu sendiri.kepimpinan dalam organisasi merupakan pengaruh antar priadi yang dilakukan situasi, melalui proses komunikasi dan di arahkan pencapaian tujuan.

Selain itu dalam kehidupan organisasi kepemimpinan adalah bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan. Fungsi pemimpin dalam suatu organisasi tidak dapat dibantah merupakan sesuatu fungsi yang sangat penting bagi keberadaan dan kemajuan organisasi yang bersangkutan. Pada dasarnya fungsi kepemimpinan memiliki 2 aspek yaitu :
a. Fungsi administrasi, yakni mengadakan formulasi kebijaksanakan administrasi dan menyediakan fasilitasnya.
b. Fungsi sebagai Top Mnajemen, yakni mengadakan planning, organizing, staffing, directing, commanding, controling,
Ada empat macam tugas penting seorang pemimpin dalam sebuah organisasi menurut Selznick, :

a) Mendefinisikan misi dan peranan organisasi
b) Seorang pemimpin adalah pengejawantahan tujuan organisasi
c) Mempertahankan keutuhan organisasi
d) Mengendalikan konflik internal yang terjadi di dalam organisasi.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar kepemimpinan dapat berperan dengan baik, antara lain:
· Dasar utama dalam efektivitas kepemimpinan bukan pengangkatan atau penunjukannya, melainkan penerimaan orang lain terhadap kepemimpinan yang bersangkutan.
· Efektivitas kepemimpinan tercermin dari kemampuannya untuk tumbuh dan berkembang.
· Efektivitas kepemimpinan menuntut kemahiran untuk “membaca” situasi.
· Skill dan Kemampuan tidak tumbuh begitu saja melainkan melalui pertumbuhan dan perkembangan.
· Kehidupan organisasi yang dinamis dan serasi dapat tercipta bila setiap anggota mau menyesuaikan cara berfikir dan bertindaknya untuk mencapai tujuan organisasi.

Kepemimpinan dalam pendidikan hakikatnya melibatkan banyak stake holder yang sangat berperan penting dalam kelangsungan proses pengembangan kualitas pendidikan, diantaranya :
· Kepala Sekolah : Kepala Sekolah adalah pengelola pendidikan di sekolah secara keseluruhan. Kedua, Kepala Sekolah adalah pemimpin formal pendidikan di sekolahnya.
· Guru : Guru adalah pemimpin yang menentukan kondisi kenyamanan proses belajar mengajar di dalam kelas. Guru adalah pemimpin yag menciptakan siswa yang berkualitas.
· Orangtua / Masyarakat : Orangtua adalah motivator peserta didik untuk selalu hadir dalam proses pembelajaran.

Dalam organisasi pendidikan yang menjadi pemimpin pendidikan adalah kepala sekolah. Sebagai pemimpin pendidikan, kepala sekolah memiliki sejumlah tugas dan tanggung jawab yang cukup berat. Untuk bisa menjalankan fungsinya secara optimal, kepala sekolah perlu menerapkan gaya kepemimpinan yang tepat.
Sebagai pengelola pendidikan, Kepala sekolah bertanggung jawab terhadap keberhasilan penyelenggaraan kegiatan pendidikan dengan cara melaksanakan administrasi sekolah dengan seluruh substansinya. Disamping itu Kepala Sekolah bertanggung jawab terhadap kualitas sumber daya manusia yang ada agar mereka mampu menjalankan tugas-tugas pendidikan. oleh karena itu, kepala sekolah sebagai pengelola memiliki tugas mengembangkan kinerja para personil, teutama meningkatkan kompetensi profesional para guru. Kepala Sekolah bertanggung jawab atas tercapainya tujuan pendidikan melalui upaya penggerakkan bawahan kearah pencapaian tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Dalam hal ini Kepala Sekolah bertugas melaksanakan fungsi-fungsi kepemimpinan, baik fungsi yang berhubungan dengan pencapaian tujuan pendidikan maupun penciptaan iklim sekolah yang kondusif bagi terlaksananya proses belajar mengajar secara efektif dan efisien.

Pemimpin dalam Organisasi pendidikan adalah mengatur agar seluruh potensi sekolah berfungsi secara optimal dalam mendukung tercapainya tujuan sekolah. Jadi kepala sekolah mengatur agar guru dan staf lain bekerja secara optimal, dengan mendayagunakan sarana/prasarana yang dimiliki serta potensi masyarakat demi mendukung ketercapaian tujuan sekolah. alam satuan pendidikan, Kepala Sekolah menduduki dua jabatan penting untuk dapat menjamin kelangsungan proses pendidikan sebagaimana yang telah digariskan oleh peraturan perundang-undangan. Pertama, Kepala Sekolah adalah pengelola pendidikan di sekolah secara keseluruhan. Kedua, Kepala Sekolah adalah pemimpin formal pendidikan di sekolahnya.





PENUTUP


 Kesimpulan


Organisasi pendidikan adalah sistem yang bergerak dan berperan dalam merumuskan tujuan pendewasaan manusia sebagai mahluk sosial agar mampu berinteraksi dengan lingkungan. Dengan begitu disana kita bisa belajar bagaimana cara menyikapi diri kita ketika berhadapan dengan suatu masalah sehingga kita bisa menyelesaikannya. Dengan pendewasaan maka kita dapat menyikapi masalah kita dengan baik dan kita juga mampu berinteraksi sebagai mana peran kita didalam suatu lingkungan. Begitu pula dengan struktur organisasi pendidikan. Struktur organisasi pendidikan adalah struktur yang mendasari keputusan para Pembina atau Pendiri sekolah untuk mengawali suatu proses perencanaan sekolah yang strategis. Struktur oganisasi juga tidak lepas dengan wewenang dan tanggung jawab.
Usaha pengorganisasian sekolah adalah sebagai usaha untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja bermuara pada produktivitas kerja yang terarah pada tujuan institusional masing-masing. Sekolah sebagai organisasi kerja yang didalamnya bekerjasama sejumlah personal sangat tergantung pada manuasia yang menjadi penggeraknya. Sebuah sekolah harus diorganisasi sebagai lembaga pendidikan untuk mencapai tujauan institusional tersebut. Untuk itu pengorganisasian sebuah sekolah harus difokuskan pada usaha mengarahkan semua kemampuan, untuk membantu perkembangan potensi yang dimiliki anak-anak secara maksimal, agar berguna bagi dirinya sendiri dan masyarakatnya.
Kepemimpinan dipahami sebagai segala daya upaya besama untuk mengerakan semua sumber dan alat yang tersedia dalam suatu oganisasi. Untuk itu dapat dikatakan bahwa sukses tidaknya suatu organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sangat tergantung atas kemampuan pemimpinya untuk menubuhkan iklim kerja sama dengan mudah dan dapat menggerakan sumber-sumber daya yang ada sehingga dapat mendaya gunakanya dan dapat berjalan secara efektif dan efisien.
            Dengan demikian kehidupan suatu organisasi sangat ditentukan oleh peran seorang pemimpin. Kepemimpinan yang efektif adalah kepemimpinan yang Mampu menumbuhkan dan mengembangkan usaha kerja sama serta memelihara iklim yang kondusif dalam kehidupan organisasi. Kepemimpinan yang baik adalah kepemimpinan yang dapat mengintegrasikan orientasi tugas dengan orientasi   hubungan manusia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar