PENDAHULUAN
Kehancuran
Imperium Turki Usmani pada tahun 1918 setelah kekalahan perang yang dideritanya
bersama Jerman dan Austria adalah akhir dari sejarah masyarakat Islam imperial.
Klimaks dari perjalanan sejarah imperium Islam ini kemudian menjadi awal bagi
perkembangan baru masyarakat Islam abad ke-19 di Turki. Tumbuhnya semangat
nasionalisme dan kebangsaan masyarakat Turki serta upaya mereka untuk bangkit
dari keterpurukan situasi negara yang telah hancur akhirnya menjadi tonggak
berdirinya negara Republik Turki.
Mustafa
Kemal Pasha, yang kemudian bergelar
Ataturk (Bapak Bangsa Turki), adalah tokoh pendiri negara sekuler Republik Turki. Di bawah rezim pemerintahannya Republik Turki pernah dicap sebagai negara sekuler anti Islam. Bahkan, dengan sikap diktatorial rezim pemerintahannya, ia berhasil mengomando pengikutnya di dalam parlemen pemerintahan Turki untuk menghapus lembaga kesultanan dan kekhalifahan Islam. Selain tindakan radikal yang ia lakukan tadi, dengan serentetan program pembaruan (sekularisasi) Turki yang ia lakukan sejak tahun 1923 sampai dengan tahun 1938, Mustafa Kemal juga dianggap telah mencerabut akar dogmatisme Islam dari masyarakat Turki, dan menjauhkan nilai-nilai Islam yang telah menjadi tradisi dalam kehidupan masyarakat Turki tersebut dengan dalih modernitas dan pembaruan.
Ataturk (Bapak Bangsa Turki), adalah tokoh pendiri negara sekuler Republik Turki. Di bawah rezim pemerintahannya Republik Turki pernah dicap sebagai negara sekuler anti Islam. Bahkan, dengan sikap diktatorial rezim pemerintahannya, ia berhasil mengomando pengikutnya di dalam parlemen pemerintahan Turki untuk menghapus lembaga kesultanan dan kekhalifahan Islam. Selain tindakan radikal yang ia lakukan tadi, dengan serentetan program pembaruan (sekularisasi) Turki yang ia lakukan sejak tahun 1923 sampai dengan tahun 1938, Mustafa Kemal juga dianggap telah mencerabut akar dogmatisme Islam dari masyarakat Turki, dan menjauhkan nilai-nilai Islam yang telah menjadi tradisi dalam kehidupan masyarakat Turki tersebut dengan dalih modernitas dan pembaruan.
MUSTAFA KEMAL AT-TATURK DAN
SEKULARISME TURKI
A. Biografi Mustafa Kemal Al- Taturk
Mustafa
Kemal Ataturk lahir di Salonika pada tahun 1881. Orang tuanya bernama Ali Riza
seorang pegawai biasa di salah satu kantor pemerintah di kota itu, sedangkan
ibunya bernama Zubayde, seorang wanita yang amat dalam perasaan keagamaannya.
Ali Riza meninggal dunia saat Mustafa Kemal berusia tujuh tahun. Ia kemudian
diasuh oleh ibunya.
Riwayat
pendidikan Mustafa Kemal dimulai sejak tahun 1893 ketika ia memasuki sekolah
Rushdiye (sekolah menengah militer Turki). Pada tahun 1895 ia masuk ke akademi
militer di kota Monastir dan pada 13 Maret 1899 ia masuk ke sekolah ilmu militer
di Istambul sebagai kader pasukan infanteri.
Tahun 1902 ia ditunjuk menjadi salah satu staf pengajar dan pada bulan Januari
1905 ia lulus dengan pangkat kapten. Saat itu usianya 25 tahun. Dalam tugasnya
di Damaskus, dia dimasukkan dalam Batalyon kaveleri 30. Di sana, ia tinggal
selama dua tahun, sehingga pangkatnya naik menjadi Aghas (pangkat antara mayor
dan letkol). Kehidupan Mustafa Kemal sejak 1905
sampai dengan 1918 diwarnai dengan perjuangan untuk mewujudkan identitas
kebangsaan Turki. Sebagai pejabat militer di dalam imperium Turki Usmani saat
itu, ia mendirikan sebuah organisasi yang bernama Masyarakat Tanah Air
(Fatherland Society). Ia juga bergabung bersama Kongres Turki Muda yang
membentuk Komite Kebangsaan dan Kemajuan (Committee for Union and Progress)
atau disingkat C.U.P.
Semasih
belajar, Mustafa Kemal sudah mulai kenal dengan politik melalui seorang
temannya bernama Ali Fethi. Atas dorongan sahabatnya ini beliau memperkuat dan
memperdalam pengetahuan tentang bahasa Perancis, sehingga ia dapat membaca
kerangka filosof-filosof Perancis seperti Roussean, Voltaire, Agusti Conte,
Montesquien, dll. Di samping itu sejarah dan sastra juga menarik perhatiannya.
Masa
studi Mustafa Kemal di Istambul adalah masa meluasnya tantangan terhadap
kekuasaan absolut Sultan Abdul Hamid dan masa pembentukan
perkumpulan-perkumpulan rahasia bukan di kalangan politisi saja, tetapi juga di
kalangan pemuda di sekolah-sekolah militer. Mustafa dan teman-temannya pernah
membentuk suatu komite rahasia dan menerbitkan surat kabar tulisan tangan yang
mendukung kritik terhadap pemerintahan Sulthan. Sesudah selesai studi, beliau
tidak meninggalkan kegiatan politik sehingga beliau akhirnya bersama dengan
beberapa teman ditangkap dan dimasukkan ke dalam penjara untuk beberapa bulan.
Kemudian mereka dibebaskan, tetapi diasingkan ke luar Istambul. Beliau sendiri
dan bersama seorang sahabatnya Ali Puad diasingkan ke Suria.
Di
Damsyik ia juga tidak melepaskan diri dari kegiatan politik, dan selalu
mengadakan perjumpaan dengan pemuka-pemuka yang dibuang di kota ini. Di tahun
1906 mereka membentuk perkumpulan Vatan (tanah air). Mustafa Kemal dalam
kedudukannya sebagai perwira yang dapat berkunjung ke kota-kota lain, memberi
bantuan dalam membentuk cabang-cabang di Yaffa, Yerusalem, dan Beirut. Kemudian
dia melihat bahwa di daerah ini revolusi Turki tidak akan bias muncul, karena
penduduknya berbangsa Arab dan juga karena terletak agak jauh dari Istambul
tempat yang strategis ialah Salonika. Cuti sakit yang diperolehnya, ia pakai
untuk berkunjung ke kota tempat ia lahir itu. Di sana ia berhasil membentuk
cabang dari perkumpulan yang didirikan di Damsyik. Namanya di robah menjadi
vatar Ve Hurriyet (tanah air kemerdekaan).
Di
tahun 1907 ia dipindahkan ke Salonika untuk bekerja di satf umum. Dalam pada
itu perkumpulan persatuan dan kemajuan telah dibentuk dan berpusat di kota ini.
Perkumpulan baru itu lebih besar pengaruhnya dari perkumpulan Vatar ve
Hurriyet. Mustafa Kemal melihat tidak ada jalan lain baginya kecuali turut
menggabungkan diri dalam gerakan persatuan dan kemajuan. Dalam Revolusi 1908 ia
tidak mempunyai peranan, karena tidak dapat menandingi pemimpin-pemimpin senior
seperti Enver, Talat, Jemal dan lain-lain.
Di
Konferensi perkumpulan persatuan dan kemajuan yang diadakan di Salomika,
Mustafa Kemal mengeluarkan pendapatnya tentang partai dan tentara, yang
keduanya telah bergabung menjadi satu dalam perkumpulan tersebut. Keadaan
seperti ini, menurut Mustafa Kemal ) tidak menguntungkan bagi perjuangan. Agar
Negara dan konstitusi dapat dipertahankan, demikian ia menjelaskan, diperlukan
tentara yang kuat disatu pihak dan partai yang kuat dipihak lain. Perwira yang
harus tunduk kepada kedua kepala akan menjadi prajurit yang tidak baik dan
sekaligus juga politikus yang tidak baik. Ia akan mengabaikan kewajibannya
untuk militernya dan mudahlah musuh mengadakan gerakan perlawanan, seperti yang
diadakan oleh Sulthan Abdul Hamid. Dalam pada itu hubungannya dengan rakyat
terputus dan terjadilah kekacauan politik dan selanjutnya timbullah perasaan
tidak senang dikalangan rakyat. Perwira disuruh memilih, tinggal dalam partai
dan keluar dari tentara, atau tinggal dalam tentara dan keluar dari partai.
Selanjutnya harus dikeluarkan Undang-Undang yang melarang perwira yang menjadi
anggota Partai. Pendapatnya ini kurang mendapat sambutan dari konferensi.
Ia
dengan temannya Ali Fethi tidak setuju dengan politik Enver, Talat dan Jemal
dan tidak segan mengeluarkan kritik terhadap ketiga pemimpin itu. Akhirnya di
tahun 1913 Fethi dibuang ke Sofia sebagai Duta dan Mustafa Kemal ikut sebagai Attase
Militer. Disinilah Mustafa Kemal berkenalan langsung dengan peradaban Barat
yang amat menarik perhatiannya, terutama pemerintahan parlement. Setelah perang
dunia I pecah ia dipanggil kembali untuk menjadi panglima Divisi 19.
Sehabis
perang dunia I ia diangkat menjadi panglima dari semua pasukan yang ada di
Turki Selatan. Izmir telah jatuh dan Sanyrna telah diduduki tentara sekutu, dan
kewajiban Mustafa Kemal kembali membebaskan daerah itu dari kekuasaan asing
dengan mendapat sokongan dari rakyat yang telah mulai membentuk gerakan-gerakan
membela tanah air, ia akhirnya dapat memukul musuh mundur dan menyelamatkan
daerah Turki dari penjajahan asing.
Dengan
teman-temannya dari pimpinan nasionalis lain Ali Paud dan Refat, ia dalam itu
mulai menantang pemerintah yang datang dari Sultan Istambul, karena perintah
itu banyak bertentangan dengan kepentingan nasional Turki. Sulthan di Istambul
telah berada di bawah kekuasaan sekutu dan harus menyesuaikan diri dengan
kehendak mereka.
Mustafa
Kemal melihat perlunya diadakan pemerintahan tandingan di Anatolia. Segera ia
dengan rekan-rekannya tersebut di atas mengeluarkan maklumat yang berisi
pernyataan-pernyataan berikut:
1. Kemerdekaan
tanah air sedang dalam keadaan bahaya.
2. Pemerintah
di ibu kota terletak di bawah kekuasaan sekutu dan oleh karena itu tidak dapat
menjalankan tugas.
3. Rakyat
Turki harus berusaha sendiri untuk membebaskan tanah air dari kekuasaan asing.
4. Gerakan
– gerakan pembela tanah air yang telah ada harus dikoordinir oleh suatu panitia
nasional pusat.
5. Untuk
itu perlu diadakan kongres.
Atas
usaha Mustafa Kemal dan teman-temannya dapat dibentuk Majelis Nasional Agung di
tahun 1920. dalam siding di Ankara, yang kemudian menjadi ibu kota Republik
Turki, ia dipilih sebagai ketua. Dalam sidang itu diambil antara lain
keputusan-keputusan berikut:
1. Kekuasaan
tertinggi terletak ditangan rakyat Turki.
2. Majelis
Nasional Agung merupakan Perwakilan Rakyat tertinggi
3. Majelis Nasional Agung bertugas sebagai badan
legislative dan badan eksekutif.
4. Majelis
Negara yang anggotanya dipilih dari majelis Nasional Agung akan menjalankan
tugas pemerintah.
5. Ketua
Majelis Nasional Agung merangkap sebatas Ketua Majlis Negara
Demikianlah, Mustafa Kemal dan
teman-temannya dari golongan nasionalis bergerak dan dengan perlahan-lahan dapat
menguasai situasi sehingga akhirnya sekutu terpaksa mengakui sebagai penguasa
defacto dan dejure di Turki. Pada tanggal 23 Juli 1923 ditandatangani
perjanjian lausanite dan pemerintahan Mustafa Kemal mendapat pengakuan
internasional.
Jadi, Mustafa Kemal adalah seorang
yang nasionalis karena lingkungan tempat belajar /studi beliau mulai mengenal
peradaban-peradaban barat yang menarik perhatiannya kemudian karena dukungannya
sahabatnya Ali fethi beliau mulai mengenal politik, karena beliau seorang yang
nasionalis di Turki beliau berkeinginan untuk mengadakan perubahan-perubahan
atau dalam bentuk Westernisasi sekularisasi di Turki dengan paham atau ide
nasionalisme yang dianutnya. Beliau meninggal dunia di tahun 1938. tapi
pembahasan kali ini belum selesai ada banyak hal yang dilakukan oleh Mustafa
Kemal selama ia menjadi kepala pemerintahan di Turki. Pada pembahasan
selanjutnya akan diselesaikan gerakan-gerakan pembaharuan yang dilakukannya di
Negara Turki.
B. Pemikiran
Mustafa Kemal Al Taturk
Pembaruan Turki sesungguhnya telah
sejak lama dilakukan oleh generasi Turki, jauh sebelum pembaruan yang dilakukan
oleh Mustafa Kemal Ataturk. Pembaruan di bidang militer dan
administrasi, sampai kepada pembaruan di bidang ekonomi, sosial dan keagamaan,
telah dilakukan oleh generasi Turki pada era Tanzimat yang berlangsung dari
tahun 1839 sampai dengan 1876; kemudian pada era Usmani Muda yang berlangsung
dari dekade 1860-an sampai dengan dekade 1870-an merupakan reaksi atas program
Tanzimat yang mereka anggap tidak peka terhadap tuntutan sosia dan keagamaan;
dan pada akhir dekade 1880-an, terbentuklah era baru generasi muda Turki.
Generasi
baru Turki ini menamakan diri mereka sebagai Kelompok Turki Muda (Ottoman
Society for Union and Progress). Kelompok ini secara nyata mempertahankan
kontinuitas imperium Usmani, tetapi secara tegas mereka melakukan agitasi
terhadap restorasi rezim parlementer dan konstitusional.
Pemikiran pembaruan Turki yang dimiliki oleh Mustafa Kemal Ataturk boleh dianggap merupakan sintesa dari pemikiran ketiga generasi Turki sebelumnya. Bahkan, prinsip pemikiran pembaruan Turki yang ia ketengahkan di dalam frame kebangsaan masyarakat Turki saat ini adalah reduksi pemikiran dari seorang pemikir Turki yang dianggap sebagai Bapak Nasionalisme Turki, yakni Ziya Gokalp.
Dalam catatan kaki Ajid Thohir, di
dalam bukunya Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam : Melacak Akar-akar
Sejarah, Sosial, Politik, dan Budaya Umat Islam, disebutkan bahwa pemikiran
pembaruan Turki telah dilakukan oleh tokoh-tokoh, seperti : Mustafa Rasyid
Pasha (1800) dan Mehmet Shidiq Ri’at (1807) dari generasi Tanzimat; Ziya Pasha
(1825-1876), Namik Kemal (1840-1880) dan Midhat Pasha (1822-1883) dari generasi
Usmani Muda; dan, Ahmad Riza (1859-1931) dan Mehmed Murad (1853-1912) dari
generasi Turki Muda. Sedangkan, pemikiran yang paling
dekat dengan gerakan pembaruan Turki yang dilaksanakan oleh Mustafa Kemal
adalah pemikiran Ziya Gokalp, yang secara sistematis mencanangkan
program-program pembaruannya dalam berbagai aspek yang ia sebut sebagai The
Programe of Turkism, yakni: Linguistic Turkism, Aesthetic Turkism, Ethical
Turkism, Legal Turkism, Economic Turkism, Political Turkism, dan Philosopical
Turkism. Adapun prinsip pemikiran pembaharuan Turki yang kemudian menjadi corak
ideologinya terdiri dari tiga unsur, yakni : nasionalisme, sekularisme dan
westernisme.
Mempersoalkan
tiga unsur dalam prinsip pemikiran pembaruan Turki Mustafa Kemal di atas,
penulis mengulasnya sebagai berikut :
Pertama, unsur
nasionalisme dalam pemikiran Mustafa Kemal diilhami oleh Ziya Gokalp
(1875-1924) yang meresmikan kultur rakyat Turki dan menyerukan reformasi Islam
untuk menjadikan Islam sebagai ekspresi dari etos Turki. Dalam koridor
pemahaman Mustafa Kemal, Islam yang berkembang di Turki adalah Islam yang telah
dipribumikan ke dalam budaya Turki. Oleh karenanya, ia berkeyakinan bahwa Islam
pun dapat diselaraskan dengan dunia modern. Turut campurnya Islam dalam segala
lapangan kehidupan akan membawa kemunduran pada bangsa dan agama. Atas dasar
itu, agama harus dipisahkan dari negara. Islam tidak perlu menghalangi adopsi
Turki sepenuhnya terhadap peradaban Barat, karena peradaban Barat bukanlah
Kristen, sebagaimana Timur bukanlah Islam ;
Kedua, unsur
sekularisme. Unsur ini sebenarnya adalah implikasi dari pemahaman westernisme
Mustafa Kemal. Pada prinsip ini, salah seorang pengikut setia Mustafa Kemal,
Ahmed Agouglu menyatakan bahwa indikasi ketinggian suatu peradaban terletak
pada keseluruhannya, bukan secara parsial. Peradaban Barat dapat mengalahkan
peradaban-peradaban lain, bukan hanya karena kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologinya, tetapi karena keseluruhan unsur-unsurnya. Peperangan antara Timur
dan Barat adalah peperangan antara dua peradaban, yakni peradaban Islam dan
peradaban Barat. Di dalam peradaban Islam, agama mencakup segala-galanya mulai
dari pakaian dan perkakas rumah sampai ke sekolah dan institusi. Turut
campurnya Islam dalam segala lapangan kehidupan membawa kepada mundurnya Islam,
dan di Barat sebaliknya sekularisasilah yang menimbulkan peradaban yang tinggi
itu. Jika ingin terus mempunyai wujud rakyat Turki harus mengadakan
sekularisasi terhadap pandangan keagamaan, hubungan sosial dan hukum. Menurut
versi Mustafa kemal, sekularisme bukan saja memisahkan masalah bernegara
(legislatif, eksekutif dan yudikatif) dari pengaruh agama melainkan juga
membatasi peranan agama dalam kehidupan orang Turki sebagai satu bangsa.
Sekularisme ini adalah lebih merupakan antagonisme terhadap hampir segala apa
yang berlaku di masa Usmani.; dan,
Ketiga, unsur
wasternisme. Dalam unsur ini, Mustafa Kemal berpendapat bahwa Turki harus
berorientasi ke Barat. Ia melihat bahwa dengan meniru Barat negara Turki akan
maju. Unsur westernisme dalam prinsip pemikiran Mustafa Kemal mendapat momennya
ketika dalam salah satu pidatonya ia mengatakan bahwa kelanjutan hidup suatu
masyarakat di dunia peradaban modern menghendaki perobahan dalam diri sendiri.
Di zaman yang dalamnya ilmu pengetahuan mampu membawa perobahan secara
terus-menerus, maka bangsa yang berpegang teguh pada pemikiran dan tradisi yang
tua lagi usang tidak akan dapat mempertahankan wujudnya. Masyarakat Turki harus
dirubah menjadi masyarakat yang mempunyai peradaban Barat, dan segala kegiatan
reaksioner harus dihancurkan.
Dari ketiga prinsip di atas, kemudian melahirkan ideologi kemalisme, yang terdiri atas: republikanisme, nasionalisme, populisme, sekularisme, negaraisme, dan revolusionisme. Ideologi yang diasosiasikan dengan figur Mustafa Kemal ini kemudian berkembang di Turki dan dikembangkan oleh pengikutnya.
Dari ketiga prinsip di atas, kemudian melahirkan ideologi kemalisme, yang terdiri atas: republikanisme, nasionalisme, populisme, sekularisme, negaraisme, dan revolusionisme. Ideologi yang diasosiasikan dengan figur Mustafa Kemal ini kemudian berkembang di Turki dan dikembangkan oleh pengikutnya.
C. Sekularisme
Turki
Dalam “sejarah dan kebudayaan Islam
imperium Turki Usmani”, sekuler diartikan sebagai berikut, bahwa tidak ada
campur tangan agama atau mazhab agama seseorang dalam bentuk apapun atau agama
( Mazhab agama ) seseorang itu tidak boleh menjadi perintang untuk memperoleh
hak kemanusiaannya.
Sedangkan
sekularisasi menurut Muhammad Arkoun adalah sikap spirit dan merupakan
kompetisi untuk menguasai kebenaran atau mencapai kebenaran. Menurut beliau
adalah sikap terhadap pengetahuan yaitu sikap yang berupaya menjadi terbuka dan
bebas sampai sejauh mungkin, atau sampai batas yang memungkinkannya tidak hanya
syarat - syarat politis dan social, tetapi juga kemajuan metodelogi,
pengetahuan dan teknik yang mendominasi dalam suatu masa dan tempat.
Akan tetapi
menurut Ahmad Syalaby pengertian sekuler yang lebih populer berbeda dengan
pengertian sekuler diatas, karena pengertian sekuler yang lebih populer itu
hampir sama dengan pengertian atheis. Pengertian sekuler yang populerlah yang
digalakkan di Turki pada masa Mustafa Kemal.
Berikut ini akan kami kemukakan
beberapa peristiwa perubahan pada beberapa bidang dan kemasyarakatan yang
ditempuh oleh Mustafa Kemal Ataturk (Bapak Turki) dalam sejarah Turki sesuai
dengan program kelompok persekutuan dan kemajuan ( Al-Ijtihad wa at Faraqqi
) yang telah mewarnai lembaran baru sejarah Turki. Perubahan -
perubahan tersebut antara lain :
1. Pada bulan Maret 1924 Majelis Kebangsaan mengadakan
sidang. Hasil sidang tersebut menetapkan bahwa jabatan khalifah dan jabatan Menteri
Syari’at dan waqaf dihapuskan. Langkah berikutnya, demi untuk menyempurnakan
ide tentang Turki modern, Mustafa Kemal menghapuskan seluruh institusi
keagamaan yang ada dalam pemerintahan. Dia mengumumkan penghapusan mahkamah
syariyyah dan menggantikannya dengan mahkamah sipil ala Barat. Lembaga -
lembaga pendidikan dan sekolah - sekolah agam dihapuskan, selanjutnya seluruh
lembaga pendidikan digabungkan di bawah satu naungan DeparetemenPendidikan.
2. Kebijaksanaan berikutnya Al-Ghazali
menghapuskan artikel dalam UUD yang berbunyi bahwa “agama Islam adalah agama
Negara”. Selanjutnya dia menghapuskan syariat Islam dan sebagai gantinya
Syariat Aiqat (Hukum Adat) diberlakukan akan tetapi syariat Atiqat juga
kemudian diganti lagi dengan hukum positif model Swiss dan hukum pidana ala
Itali. Hari libur resmi mingguan dirubah dari hari Jum’at
menjadi hari minggu, di samping mengganti kalender Hijaiyyah dengan kalender
Miladi. Hukum waris pun tidak luput dari perubahan-perubahannya. Bagian laki -
laki dan perempuan disamakan dan yang menjadi ahli waris adalah hanya keluarga
mayat saja ( anak istri ) lain tidak. Pemerintahan Ataturk tidak henti-hentinya
melakukan usaha-usaha perubahan demi terhapusnya unsure keagamaan dari
pemerintahan atau paling tidak demi melepaskan pemerintahan dari sebagian besar
unsure-unsur Islam. Jumlah Masjid dibatasi dan tidak dibenarkan luas halaman
masjid lebih dari lima ratus meter. Kemudian para khatibnya pun yang diangkat
oleh pemerintahan dikurangi hingga diseluruh wilayah Turki hanya tinggal tiga
ratus saja dan mereka dalam menyampaikan masalah-masalah pertanian, perdagangan
dan sebagainya. Yang sangat melukai perasaan umat Islam adalah tindakan menutup
dua masjid raya yang ada di Istambul, yang pertama Mustafa Kemal hendak merubah
masjid Abyah Sophia yang hendak dijadikan museum dan kedua menutup masjid raya
Al faith yang hendak dijadikan gudang.
3. Kemudian Mustafa Kemal melarang poligami, sesuai
dengan hokum model scoiss walaupun dalam prakteknya ada sedikit perubahan yaitu
bagi mereka yang dianggap kaya dan mampu masih tetap diperbolehkan.
4. Dalam upaya menjauhkan diri dari
Islam dan dalam rangka westernisasi pemerintah Turki tidak memperkenankan
msyarakat umum memakai jilbab dan cadar kecuali para agamawan dan sebagai
gantinya masyarakat memakai baju dan topi ala Barat. Kemudian
pemerintah mengeluarkan Undang-Undang yang mewajibkan warga negara Turki
memakai marga dibelakang namanya yang tidak dikenal dikalangan masyarakat Turki
sebelumnya. Kemudian pemerintah melarang mengadakan kegiatan spiritual yang
bisa dilakukan pengikut tarekat dan menutup tempat-tempat tersebut. Pemerintah
dengan kejam menindak siapa saja yang coba - coba mengkritik kebijaksanaannya,
dalam masalah-masalah agama. Para wanita Turki seperti prianya diperbolehkan
bekerja. Huruf arab dihapus dan diganti dengan huruf latin. Demi terhapusnya
huruf arab dari bumi Turki, secara langsung Ataturk pribadi menjadi pengajar
huruf latin. Disetiap kota dan desa didirikan sekolah-sekolah untuk mengajarkan
huruf latin ( yang telah diresmikan, menjadi huruf nasional ). Kepada
masyarakat tanpa mengenal usia. Kemudian di fakultas-fakultas pendidikan
tradisional mata kuliah bahasa tersebut merupakan unsur terpenting untuk
memahami kesusastraan Turki. Percetakan-percetakan dilarang menerbitkan
buku-buku yang berbahasa Turki yang menggunakan huruf Arab.
Maka hasil
buruk - baiknya gerakan itu sudah dapat dilihat dan bahkan sudah dapat di simpulkan :
1. Negeri dan rakyat Turki pada waktu
ini (1971 M) boleh dikatakan suatu negara yang penduduknya masih beragama
Islam, tetapi sudah terisolir begitu rupa dari dunia-dunia Islam yang lain.
Kalau dulu di zaman khalifah dan syaikhul Islam, pengaruh Turki berkumandang ke
seluruh pojok dunia maka sekarang hubungan itu sudah putus sama sekali. Kalau dulu
Turki dianggap “Imam dunia Islam” dalam soal-soal keagamaan, kebudayaan, ilmu
pengetahuan, tetapi sekarang turki sudah dilupakan oleh dunia Islam. Turki
sekarang sudah dianggap oleh dunia Islam negeri yang penduduknya masih beragama
Islam, tetapi tidak berpengaruh apa-apa lagi. Dalam dunia politik, Turki bukan
lagi suatu imam politik dari negeri - negeri Islam Asia Afrika, tetapi Turki
sudah menjadi makmum, pengekor dari roda politik dunia Barat, tidak bisa lagi
dimasukkan ke dalam kategori negara - negara besar”.
2. Agama menjadi rusak atau menjadi
hilang, akibat dari penukaran Qur’an suci dari bahasa Arab ke bahasa Turki,
begitu juga penukaran upacara-upacara agama, seperti adzan, sembahyang, berdo’a
dari bahasa Arab ke bahasa Turki maka semuanya jadi centang - prenang dan
menjadi kacau. Apalagi bahasa Turki tidak mempunyai cukup istilah -
istilah yang dapat menyerupai 100% apa yang terkandung di dalam bahasa Arab.
Maka pengertian keagamaan pun jadi berubah. Dari corak yang dibawa Al-Qur’an
suci ke corak nasionalis-Turki yang sempit.
3. Akibat daripada diperbolehkannya
wanita Islam kawin dengan pemuda Nashara dan Yahudi, maka darahnya bangsa Turki
sesudah Mustafa Kemal menjadi darah Fifty - Fifty, 50% darah islam dan 50%
darah Nashara atau yahudi, kalau tidak akan dikatakan menjadi 75% darah Nashara
dan darah Yahudi.
D. Gerakan
Pembaruan Turki Mustafa Kemal At-taturk
Daripada
lebel seorang inspirator berdirinya republik Turki, Mustafa Kemal Ataturk
sebenarnya lebih dikenal sebagai tokoh penggerak berdirinya sebuah rezim
republik sekuler Turki. Dari perjuangannya lah, negara Turki yang pernah
menjadi jantung pemerintahan imperium terakhir ummat Islam ini mampu berdiri
kokoh sebagai sebuah negara merdeka yang berdiri dan diakui kedaulatannya
secara internasional setelah Perang Dunia I.
Meski demikian, keberhasilan mendirikan sebuah negara Turki yang merdeka tidak serta merta menjadikan negara bekas pemerintahan dinasti Islam ini berubah seratus persen menjadi sekuler. Lika-liku gerakan pembaruan (sekularisasi) Turki yang dilakoni oleh Mustafa Kemal terekam dalam tindakan rezim pemerintahannya yang diktator. Sehingga, proses perubahan Turki menjadi sebuah negara yang bercorak modern adalah suatu metamorphosis yang sangat berbeda dari corak tradisi dan nilai-nilai budaya masyarakat Turki yang hampir seluruhnya Islam.
Meski demikian, keberhasilan mendirikan sebuah negara Turki yang merdeka tidak serta merta menjadikan negara bekas pemerintahan dinasti Islam ini berubah seratus persen menjadi sekuler. Lika-liku gerakan pembaruan (sekularisasi) Turki yang dilakoni oleh Mustafa Kemal terekam dalam tindakan rezim pemerintahannya yang diktator. Sehingga, proses perubahan Turki menjadi sebuah negara yang bercorak modern adalah suatu metamorphosis yang sangat berbeda dari corak tradisi dan nilai-nilai budaya masyarakat Turki yang hampir seluruhnya Islam.
Gerakan pembaruan Turki Mustafa Kemal Ataturk dimulai dengan :
1. Penghapusan
Kesultanan Usmani pada tahun 1923 dan penghapusan khilafah pada tahun 1924.
2. Lembaga wakaf dihapuskan dan dikuasakan kepada
kantor urusan agama.
3. Pada
tahun 1925 beberapa thariqat sufi dinyatakan sebagai organisasi terlarang dan
dihancurkan.
4. Pada
tahun 1927 pemakaian tarbus dilarang.
5. Pada
tahun 1928 diberlakukan tulisan latin menggantikan tulisan Arab, dan dimulai
upaya memurnikan bahasa Turki dari muatan bahasa Arab dan Persi.
6. Pada
tahun 1935 seluruh warga Turki diharuskan menggunakan nama kecil sebagaimana
berlaku pada pola nama Barat.
Sedangkan menurut Ajid Thohir,
gerakan pembaruan Turki Mustafa Kemal tergambar dalam ideologi kemalisme yang
mencakup prinsip-prinsip : republikanisme, nasionalisme, populisme, etatisme,
sekularisme, dan revolusionisme. Dalam lapangan agama, Mustafa Kemal membuat
sejumlah kebijakan, seperti pada tahun 1928, ia memperkenalkan bangku gereja
serta jam kamar ke dalam mesjid. Orang shalat dengan menggunakan sepatunya,
menggunakan bahasa Turki dalam sholatnya. Dan untuk membuat sholat di masjid
itu indah, mudah untuk mendapat inspirasi dan memiliki nilai spiritual, maka
mesjid perlu melatih para musikus. Kebutuhan ini penting bagi kaum modern
dengan meletakkan alat musik barat ke dalam mesjid. Sedangkan beberapa
kebijakan yang dibuat dalam undang-undang pada era rezim Mustafa Kemal adalah :
1.
Undang-undang tentang unifikasi dan sekularisasi pendidikan, tanggal 3 Maret
1924;
2.
Undang-undang tentang kopiyah, tanggal 1925;
3.
Undang-undang tentang pemberhentian petugas jemaah dan makam, penghapusan
lembaga pemakaman, tanggal 30 November 1925;
4.
Peraturan sipil tentang perkawinan, tanggal 17 Februari 1926;
5.
Undang-undang penggunaan huruf latin untuk abjad Turki dan penghapusan tulisan Arab, tanggal 1 November 1928; dan
6. Undang-undang
tentang larangan menggunakan pakaian asli, tanggal 1934.
Gerakan sekularisasi Turki oleh
rezim Mustafa Kemal berakhir seiring dengan wafatnya Mustafa Kemal pada tahun
1938. Sungguhpun demikian, sepeninggal Mustafa Kemal Ataturk, posisi presiden
Turki digantikan oleh Ismet Inonu, seorang kolega yang sangat setia kepadanya.
Dengan demikian, proses sekukarisasi terus berjalan di Turki. Hanya saja,
pergantian tampuk pimpinan dalam rezim pemerintahan ini memberikan peluang bagi
konsepsi sistem politik baru bagi negara Turki. Konsepsi politik baru ini
terjadi setelah Perang Dunia II, khususnya pada tahun 1946, yang atas campur
tangan pemerintah Amerika Serikat ketika itu yang berusaha mengurangi pengaruh
sistem paternalistik dan lebih cenderung menginginkan sistem multi partai.
Kondisi ini membuka jalan bagi terbentuknya partai Demokrat (Democrat Party) di
Republik Turki.
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari
isi makalah di atas dapat disimpulkan bahwa Mustafa Kemal At-Tatur adalah
pahlawan yang menyelamatkan Kerajaan Turki dari penjajahanan yang disebabkan
oleh Eropa. Dan merupakan pembawa kerajaan Turki yang modern, berbagai upaya ia
telah lakukan untuk mengubah kerajaan Turki Usmani menjadi kerajaan yang
sekuler. Diamna ajaran-ajaran/paham-paham yang bersifat ortodiks kuno. Semuanya
itu dirubah, paham ajaran Turki berubah secara dramatis, sehingga kerajaan
Turki menjadi kerajaan yang sekuler, yang mana antara hubungan urusan negara
dan agama dipisahkan. Urusan agama tidak boleh bercampur dengan urusan agama,
begitupun sebaliknya. Agama tidak dipercampurkan dengan urusan negara.
Meskipun banyak yang menentang atas urusannya, namun
Mustafa Kemal mampu mematahkan tantangan-tantangan tersebut. Atas dasar inilah
sebenarnya Mustafa Kamal menjadi pemimpin yang termasyhur, kepemimpinan yang ia
jalankan mengubah berbagai paham yang tidak sesuai dengan yang sebenarnya.
Seperti : azan diganti dengan bahasa Turki, Poligami dihapuskan. Kesemuanya ini
menjadikan kerajaan Turki sebagai kerajaan yang sekuler. Mustafa Kemal
beranggapan bahwa kerajaan Turki itu takkan pernah maju selama masih menganut
paham tradisional. Atas jasa-jasa yang pernah ia lakukan di Kerajaan Turki maka
ia mendapatkan gelar Attaturk, maka jadilah panggilan Mustafa Kemal Ataturk.
Dari
semenjak timbulnya tiga aliran pembaharuan di Turki, telah dapat diramalkan
bahwa yang akhirnya yang mendapat kemenangan adalah golongan nasionalis. Ide
golongan Islam yang ingin mempertahankan Institusi dan tradisi lama, ketika
dunia timur banyak dipengaruhi ide pembaharuan, tidak akan mendapat sokongan
yang kuat. Demikian juga ide westernisasi yakni meniru barat dan mempertahankan
sistem pemerintahan kerajaan Usmani. Ketika rasa anti-Barat dan anti-sultan
sedang meningkat di Turki tidak akan dapat bertahan. Tetapi golongan
nasionalis, yang ingin mengadakan pembaharuan atas dasar nasionalisme dan
peradaban barat, ketika dunia timur sedang dipengaruhi oleh ide nasionalisme
dan pembaharuan, pasti akan memperoleh kemenangan. Keadaan dan situasi pada
zaman itu memang menolong bagi Mustafa Kemal untuk mewujudkan cita-citanya.
Sebagai penutup dari makalah ini, penulis cukup
memberikan satu kesimpulan bahwa opini masyarakat Turki hingga saat ini masih
terpecah dalam penilaian terhadap Mustafa Kemal Ataturk. Di satu sisi, ia
sebenarnya dihormati sebagai penyelamat bangsa dari kekuasaan penjajahan, dan
sekaligus dihormati karena jasanya dalam mengupayakan berdirinya negara modern
Turki; dan di sisi lainnya, ia juga dikecam sebagai pengkhianat yang
bertanggung jawab atas hilangnya kekhalifahan Islam. Kontradiksi ini menurut
penulis tidak dapat dielakkan dalam porsi sejarah negara Turki. Dan hal ini
adalah bagian yang integral dalam sejarah panjang berdirinya negara Turki.
mantap artikelnya gan
BalasHapus