Chrome Pointer

Jumat, 14 Oktober 2016

TIPE TIPE KEPEMIMPINAN DALAM PENDIDIKAN



BAB I
PENDAHULUAN
Rasulullah SAW pernah bersabda, “Jika kalian sedang bertiga, jadikanlah salah seorang sebagai pemimpin”. Hadits tersebut mengisyaratkan bahwa kedudukan pemimpin sangat urgen, karena berfungsi mengarahkan segala aktivitas kepada tujuan tertentu. Jika suatu kelompok tidak memiliki pemimpin, semua kehidupannya tidak akan terarah dan hidup menurut kemauan masing-masing.
Kepemimpinan berdiri di atas dasar kepercayaan. Saat kepercayaan rapuh, maka pemimpinnya akan segera runtuh. Sama halnya dengan sebuah kepemimpinan dalam pendidikan yang berdiri atas
dasar kepercayaan. Maka dari itu, hal yang paling mendasar dan terpenting ketika menjadi seorang pemimpin adalah memberikan kepada anggota atau bawahannya. Karena dengan cara seperti itulah seorang pemimpin akan disegani dan dihormati dalam sebuah organisasi. Biasanya tipe kepemimpinan seseorang tergantung pada gaya orang tersebut.
Dari penjelasan di atas dapat kita pahami bahwa untuk menjadi seorang pemimpin dalam dunia pendidikan harus memiliki karakteristik atau gaya memimpin yang pada akhirnya adalah memberikan kepercayaan kepada anggotanya demi terciptanya tujuan organisasi tersebut.


BAB II
PEMBAHASAN

  1.      PENGERTIAN TIPE TIPE KEPEMIMPINAN DALAM PENDIDIKAN
Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia tipe adalah gaya, model, atau corak dari suatu objek. Pada pembahasan ini tipe merupakan gaya atau model kepemimpinan seseorang dalam memimpin suatu hal tertentu.
Kepemimpinan (leadership) adalah kegiatan manusia dalam kehidupan. Secara etimologi, kepemimpinan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari kata dasar “pimpin” yang jika mendapat awalan “me” menjadi “memimpin” yang berarti menuntun, menunjukkan jalan dan membimbing. Perkataan lain yang sama pengertiannya adalah mengetuai, mengepalai, memandu dan melatih dalam arti mendidik dan mengajari supaya dapat mengerjakan sendiri. Adapun pemimpin berarti orang yang memimpin atau mengetuai atau mengepalai. Sedang kepemimpinan menunjukkan pada semua perihal dalam memimpin, termasuk kegiatannya. [1]
Kepemimpinan adalah masalah relasi dan pengaruh antara pemimpin dan yang dipimpin. Kepemimpinan tersebut muncul dan berkembang sebagai hasil dari interaksi otomatis di antara pemimpin dan individu-individu yang dipimpin (ada relasi inter-personal). Kepemimpinan ini bisa berfungsi atas dasar kekuasaan pemimpin untuk mengajak, mempengaruhi dan menggerakkan orang lain guna melakukan sesuatu demi pencapaian satu tujuan tertentu. Dengan demikian, pemimpin tersebut ada apabila terdapat satu kelompok atau satu organisasi.[2]
Sebelum menjelaskan tentang tipe-tipe kepemimpinan, berikut ini adalah beberapa definisi kepemimpinan yang dikemukakan oleh para ahli.[3]
1.      Harsey dan Blachard (1969:85) mengemukakan pandangan George R. Terry yang berpendapat bahwa kepemimpinan adalah aktivitas mempengaruhi orang lain untuk secara sukarela berjuang mencapai tujuan kelompok.
2.      Harold Koartz dan Cyril O’Danneli mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah upaya memengaruhi orang untuk ikut serta dalam pencapaian suatu tujuan bersama.
3.      Menurut Harsey, kepemimpinan merupakan suatu proses upaya memengaruhi aktivitas-aktivitas seseorang dalam usaha pencapaian tujuan dalam situasi tertentu. Oleh karena itu, dalam prosesnya, ada interdependensi antara tiga unsur utama, yakni : (1) pemimpin, (2) pengikut, dan (3) situasi kepemimpinan merupakan fungsi dari ketiga unsur tersebut.
4.      Fred E. Fiedler dalam Wahjosumidjo (1984:21-29) bahwa kepemimpinan adalah aktivitas para pemegang kekuasaan dan membuat keputusan. Kepemimpinan, adalah langkah pertama  yang hasilnya berupa pola interaksi kelompok yang konsisten dan bertujuan menyelesaikan problem yang saling berkaitan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan pendidikan adalah orang yang memilki kelebihan untuk mempengaruhi, mengajak, mendorong, membimbing, menggerakkan dan mengkoordinasikan staf pendidikan lainnya ke arah peningkatan mutu pendidikan.

  
     2.      TIPE – TIPE KEPEMIMPINAN DALAM PENDIDIKAN
     1)      Gaya kepemimpinan Partisipatif atau Demokratis
Merupakan gaya kepemimpinan yang menitik beratkan pada usaha seorang pemimpin dalam melibatkan partisipasi para pengikutnya dalam setiap pengambilan keputusan. gaya kepemimpinan paratisipatif adalah pemimpin pendidikan yang melibatkan partisipasi guru, siswa, dan staf administrasi dalam setiap pengambilan keputusan, baik aturan penididikan maupun putusan – putusan lain.
Keuntungan - keuntungan yang diperoleh dari gaya kepemimpinan partisipatif adalah:
  a.       Konsultasi kebawah dapat digunakan dalam rangka meningkatkan kualitas keputusan dengan menarik keahlian yang dimilki oleh para pengikut, sehingga para pengikut akan dapat menerima semua keputusan yang diambil serta dapat menjalankannya.
  b.      Konsultasi lateral, pemimpin melibatkan serta orang – orang dalam berbagai sub unit untuk mengatasi keterbatasan kemampuan yang dimilki pemimpin,
  c.       Konsultasi ke atas, memungkinkan seorang pemimpin untuk menaruh keahlian seorang atasan yang berkemampuan lebih dari manajer.

  2)      Gaya  Kepemimpinan Otokratik
Kepemimpinan otokratik lebih menitikberatkan pada otoritas pemimpin dengan mengesampingkan partispasi dan gaya kreatif para pengikutnya. Gaya kepemimpinan pendidikan yang otokratif sangat mengesampingkan peran serta kemampuan  guru, siswa, dan staf adminisrtasi dalam setiap kebijakan yang ditempuhnya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa seorang pemimpin yang bergaya otokratif mempunyai berbagai sikap,diantaranya :[4]
a.       Memperlakukan para pengikut sama dengan alat – alat lain dalam oraganisasi, sehingga kurang menghargai harkat dan martabat mereka.
b.      Mengutamakan orientasi terhadap pelaksanaan dan penyelesaian tugas tanpa mengaitkan pelaksanaan tugas tersebut dengan kepentingan dan kebutuhan para pengikut.
c.       Mengabaikan peranan para pengikut  dalam proses pengambilan keputusan.
Kepemimpinan otokratik dengan menggunakan “ kepemimpinan klasik “. Kepatuhan pengikut terhadap pemimpin merupakan corak gaya kepemimpinan otokratik. Para pemimpin dengan gaya otokratik menjadikan tujuan organisasi identik dengan tujuan pribadi. Dilihat dari perspektif kepemimpinannya seorang pemimpin otokratik adalah seseorang yang sangat egois. Dengan egoisme yang demikian besar seorang pemimpin otokratik melihat perannya sebagai sumber segala sesuatu dalam kehidupan organisasianal. Seoerang pemimpin yang otokratik cenderung menganut nilai oraganisasional yang berkisar pada pembenaran segala cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan.

  3)      Gaya Kepemimpinan Lezess Faire
Kepemimpinan laissez faire, juga disebut sebagai kepemimpinan liberal, merupakan suatu pola pengabaian (abrogation) sehingga pemimpin berusaha menghindari tanggung jawab terhadap pengikutnya. Dalam proses pengambilan keputusan pemimpin tidak mengarahkan dan memberikan perintah kepada para pengikutnya menentukan sendiri. Ia bisa jadi hanya mengamati dan memerhatikan tanpa berpartisipasi langsung. Seorang pemimpin yang liberal menyebabkan para pengikutnya menjadi manusia yang penuh kreatif, dan dapat menentukan pilihannya masing-masing dalam mencapai tujuannya. Interaksi dalam kelompok yang dipimpin oleh pemimpin tipe ini tidak ada sama sekali karena ia menganut sikap yang tak acuh terhadap pengikutnya dan menghindari tanggung jawab terhadap mereka.[5]
Karakteristik utama pada gaya kepemimpinan Lezess Faire meliputi : persepsi tentang peranan, nilai – nilai yang dianut, sikap dan hubungannya dengan para pengikutnya, perilaku organisasi dan gaya kepemimpinan yang biasa digunakan. Pemimpin pendidikan yang menggunakan gaya lezess faire akan memberikan kebebasan yang sangat longgar terhadap guru, staf administrasi dalam menjalankan tugas serta mereka dilibatkan dalam pengambilan keputusan.[6]
Adapun sifat kepemimpinan laissez faire seolah-olah tidak tampak, sebab pada tipe ini seorang pemimpin memberikan kebebasan penuh kepada para anggotanya dalam melaksanakan tugasnya. Disini seorang pemimpin mempunyai kenyakinan bahwa dengan memberikan kebebasan yang seluas-luasnya bterhadap bawahan maka semua usahanya akan cepat berhasil.
Pemimpin yang seperti ini menafsirkan demokrasi dalam arti keliru, karena demokrasi seolah–olah diartikan sebagai kebebasan bagi setiap anggota untuk mengemukakan dan mempertahankan pendapat dan kebijakannya masing-masing.
Tingkat keberhasilan organisasi atau lembaga yang dipimpin dengan Gaya Laissez Faire semata-mata disebabkan karena kesadaran dan dedikasi beberapa anggota kelompok dan bukan karena pengaruh dari pemimpinnya.

  4)      Gaya Kepemimpinan Transformatif
Kepemimpinan transformasional berorientasi kepada proses membangun komitmen menuju sasaran organisasi dan memberikan kepercayaan kepada para pengikut untuk mencapai sasaran – sasaran tertentu. Berbagai bentuk gaya kepemimpinan tersebut terimplementasi dalam melakukan semua kebijakan pendidikan yang meliputi antara lain mengakadakan pembinaan terhadap semua personel pendidikan, pelaksanaan program – program pendidikan, serta berbagai bentuk realisasi program itu sendiri.[7]
Didalam gaya kepemimpianan transformatif terdapat beberapa hal, yaitu:
a)      Kepemimpinan yang memberi transformasi
b)      Dimensi kepemimpinan transformasional

  5)      Gaya kepemimpinan Karismatik
Pemimpin yang kharismatik adalah seseorang yang dikagumi oleh banyak pengikut.Pada tipe ini mempunyai karakteristik yang khas yaitu daya tariknya yang sangat memikat sehingga mampu memperoleh pengikut yang jumlahnya kadang- kadang sangat besar, jelasnya tipe karismatis adalah seseorang yang dikagumi oleh banyak pengikut meskipun para pengikut tersebut tidak selalu dapat menjelaskan secara nyata mengapa orang tertentu itu sangat dikagumi.
Penampilanya bukan merupakan ukuran yang berlaku karena ada pemimpin yang dipandang sebagai pemimpin yang karismatis kalau dilihat dari penampilanya sebenarnya tidak atau kurang mempunyai daya tarik.

Ciri- ciri pemimpinan yang karismatis ini ialah:
  a.       Mempunyai daya tarik yang sangat besar
  b.       Pengikutnya tidak bisa menjelaskan, mereka tertarik pada pemimpin
  c.       Seolah – olah mempunyai kekuatan gaib( supernatural power).
  d.      Karisma yang dimiliki tidak terpaut oleh umur, kekayaan, kesehatan, ataupun oleh wajah.Tipe ini banyak terdapat di masyarakat yang masih tradisional, umumnya di masyrakat yang agraris.

   6)      Gaya Kepemimpinan Paternalistis
Ciri –ciri tipe ini ialah:
  a.       Bersikap mempunyai wawasan yang luas.
  b.      Menutup kesempatan pada bawahan untuk berkreasi dan berfantasi.
  c.       Bersifat terlalu melindungi.
  d.      Menganggap bahwa bawahan tidak dewasa
  e.       Jarang memberi kesempatan untuk memberikan keputusan.
Persepsi seorang pemimpin ini tentang perananya dalam organisasi dapat dikatakan diwarnai oleh harapan para pengikutnya kepadanya. Harapan itu pada umumnya berwujud keinginan agar pemimpin mampu berperan sebagai bapak yang bersifat melindungi dan yang layak dijadikan sebagai tempat bertanya dan untuk memperoleh petunjuk.
Seorang pemimpin yang bertipe ini biasanya mengutamakan kebersamaan. Ini terlihat jelas dari slogannya yaitu seluruh anggota organisasi merupakan anggota satu keluarga besar. Berdasarkan nilai kebersamaan itu, dalam organisas yang dipimpin oleh seorang pemimpin yang paternalistik kepentingan bersama dan perlakuan yang seragam terlihat menonjol pula. Artinya, pemimpin yang bersangkutan berusaha untuk memperlakukan semua orang dan semua satuan kerja terdapat di dalam organisasi seadil dan serata mungkin. Dalam organisasi demikian tidak terdapat penonjolan orang atau kelompok tertentu, kecuali sang pemimpin dengan dominasi keberadaannya.

  7)      Gaya Kepemimpinan Militeristis
Tipe kepemimpinan yang biasa memakai cara yang lazim digunakan dalam kemiliteran. Ciri- ciri gaya ini adalah
a.       Disiplin yang tinggi dan bersikap kaku.
b.      Menggunakan upacara- upacara untuk berbagai keadaan.
c.       Formalitas yang berlebih-lebihan.
d.      Sukar menerima kritik dan saran.
e.       Senang bergantung pada pada pangkat jabatannya.

  8)      Gaya Kepemimpinan Visioner
Pemimpin fisioner mengartikulasikan kemana kelompok berjalan, tetapi bukan bagaimana cara mencapai tujuan membebaskan orang yang berinovasi, bereksperimen, dan menghadapi resiko yang sudah diperhitungkan.[8]
 Adapun ciri – ciri pemimpin Visioner,yaitu menggunakan inspirasi bersama dengan tritunggal EI, yaitu kepercayaan diri, kesadaran diri, dan empati, pemimpin fisioner akan mengartikulasikan suatu tujuan yang baginya merupakan tujuan sejati dan selaras dengan nilai bersama orang – orang yang dipimpinnya.


Berbeda dengan tipe - tipe kepemimpinan yang dijelaskan sebelumnya adalah gaya trilogy kepemimpinan yang digagaskan oleh Ki Hajar Dewantara yang kemudian sejak tahun 1979 digalakkan menjadi kepemimpinan Pancasila. Effendy (1991:35-38) membahas secara khusus mengenai tipe kepemimpinan khas Indonesia sebagai “trilogi kepemimpinan”, yaitu cara memimpin dengan memadukan tiga tata kelakuan kepemimpinan :[9]
  1.      ing ngarso sung tulodo, (berarti didepan memberi teladan)
  2.      ing madya mangun karso; (berarti ditengah menciptakan peluang berkarya)
  3.      tut wuri handayani. (berarti dari belakang memberikan dorongan dan arahan)
Efektifitas tipe trilogy kepemimpinan tersebut terjadi apabila pemimpin memiliki kredibilitas yang diindikasikan dengan kepemilikan :[10]
·         Kewibawaan;
·         Kejujuran,
·         Terpercaya,
·         Bijaksana,
·         Mengayomi,
·         Berani mawas diri,
·         Mampu melihat jauh kedepan,
·         Berani dan mampu mengantasi kesulitan,
·         Bersikap wajar,
·         Lugas dan bertanggung jawab atas putusan,
·         Sederhana,
·         Penuh pengabdian kepada tugas,
·         Berjiwa besar, dan
·         Ingin tahu (Effendi, 1991:36-37)
.
Apabila disimpulkan berkaitan dengan tipe-tipe kepemimpinan di atas, dalam pendidikan, tipe-tipe pemimpin yang baik adalah :[11]
1.      Pemimpin yang demokratis yang diperankan oleh semua pimpinan di sekolah dan pendidikan tinggi. Kepala sekolah harus berjiwa demokratis sehingga kreativitas dan aspirasi para guru dan karyawan sekolah tiak tertekan.
2.      Pemimpin yang kharismatik, bahwa kepala sekolah, guru dan semua pemimpin akademik harus memiliki kewibawaan dalam menjalankan tugasnya.
3.      Pemimpin yang memberi teladan bagi semua bawahannya.
4.      Pemimpin yang cerdas dan bijaksana dalam mengambil keputusan.
5.      Pemimpin yang sabar dan tegas
6.      Pemimpin yang amanah dan bertanggung jawab terhadap semua tugas dan kedudukannya.
7.      Pemimpin yang sederhana, tidak mengada-ngada dan pandai memanfaatkan segala yang ada dengan sebaik-baiknya.

Teori perilaku (behavior theory) dalam kepemimpinan banyak membahas keefektifan gaya (styles) kepemimpinan yang dijalankan oleh seorang pemimpin. Jones Owens (dalam Soejono, 1995:18) menyatakan matrik gaya kepemimpinan dalam bentuk suatu model analisis yang persisnya dapat dipandang sebagai model (standar) sehingga dalam matrik tersebut dikelompokkan menjadi :[12]
1.      Tipe pemimpin autokratis, yang memiliki wewenang (authority) dari suatu sumber (posisinya), pengetahuan, kekuatan atau kekuasaan;
2.      Tipe kepemimpinan birokratis yang dijalankan sesuai dengan kebijakan, prosedur organisasi, dengan berpandangan bahwa kebijaksanaan tersebut merupakan absolute;
3.      Tipe diplomatis, seorang diplomat adalah senimah (artist), sebagaimana halnya salesman, yang melalui seninya berusaha mengadakan persuasi secara pribadi;
4.      Tipe partisipatif (participative leader), yang selalu mengajak, secara terbuka para pengikutnya untuk berpartisipasi; dan
5.      Tipe pemimpin yang disebut fee rein leader, seakan-akan seperti menunggang kuda yang melepaskan kedua tali kendali kudanya. Oleh karena itu, bahwa kepemimpinan yang terbaik bergantung pada : (1) kepribadian individual, (2) para pengikut atau bawahan secara individual, (3) Situasi khusus si pemimpin dan pengikut saling berinteraksi. Sehingga dari tiga hal tersebut akan berakibat pada penentuan tipe kepemimpinan.



BAB III
KESIMPULAN

Tipe – tipe kepemimpinan dalam pendidikan dapat diuaraikan sebagai berikut:
  1)      Gaya kepemimpinan Partisipatif atau Demokratis
  2)      Gaya  Kepemimpinan Otokratik
  3)      Gaya Kepemimpinan Lezess Faire
  4)      Gaya Kepemimpinan Transformatif
  5)      Gaya kepemimpinan Karismatik
  6)      Gaya Kepemimpinan Paternalistis
  7)      Gaya Kepemimpinan Militeristis
  8)      Gaya Kepemimpinan Visioner

Berbeda dengan tipe - tipe kepemimpinan yang dijelaskan sebelumnya adalah gaya trilogy kepemimpinan yang digagaskan oleh Ki Hajar Dewantara yang kemudian sejak tahun 1979 digalakkan menjadi kepemimpinan Pancasila. Effendy (1991:35-38) membahas secara khusus mengenai tipe kepemimpinan khas Indonesia sebagai “trilogi kepemimpinan”, yaitu cara memimpin dengan memadukan tiga tata kelakuan kepemimpinan :
  1.      ing ngarso sung tulodo, (berarti didepan memberi teladan)
  2.      ing madya mangun karso; (berarti ditengah menciptakan peluang berkarya)
  3.      tut wuri handayani. (berarti dari belakang memberikan dorongan dan arahan)


[1]Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), hlm. 769.

[2] Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan: Apakah Kepemimpinan Abnormal itu ? (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1998), hlm. 5.

[3] Drs. Herabudin, M.Pd. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. (Bandung: CV Pustaka Setia, 2009). Hlm. 218
[4] Rohmat, kepemimpinan pendidikan konsep dan aplikasi, purwokerto; STAIN press,2010, hal. 62

[5] Drs. Herabudin, M.Pd. op.cit hal. 221
[6]Rohmat ibid, hal.66

[7] Sondang P. Siagian ,MPA.prpf .DR. teori dan praktek kepemimpinan, PT Rineka Cipta,Jakarta, 1999. Hal. 31

[8] Goleman, Daniel. Richart Boyatzis, Annie McKee. Primal Leadership ” kepemimpinan berdasarkan kecerdasan emosi”. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta:2004. Hal.67

[9] Drs. Herabudin, M.Pd. op.cit hal. 221
[10] Drs. Herabudin, M.Pd. op.cit hal. 221
[11]Drs. Herabudin, M.Pd. op.cit hal. 221
[12] Drs. Herabudin, M.Pd. op.cit hal. 219

Tidak ada komentar:

Posting Komentar